RENUNGAN PENDIDIKAN DALAM SURAT AN-NAML`

Pada edisi ini saya ingin menyajikan bagian pertama dari renungan pendidikan dalam Surat al-Naml yang saya terjemahkan dari makalah Dr. Usman Qadri Makanisi. Selain itu saya memberi sebagian referensi dan sedikit ulasan sebagai penutup.

  1. Ilmu adalah kunci pembuka kebaikan

Allah swt telah memberi ilmu kepada Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Ilmu yang benar akan mengantarkan kepada ma’rifatullah yaitu ma’rifat yang menjadikan pemiliknya beriman kepada Allah, mengagungkannya, mencintainya, dan takut kepada-Nya. “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-Nya adalah para ulama.” Barangsiapa tidak mengetahui kebenaran maka tidak mungkin ia bangga dengannya dan tidak mungkin menghargainya sesuai dengan kadar maqamnya.

Nabi Daud dan Sulaiman as tatkala dimuliakan oleh Allah dengan kenabian dan diunggulkan atas selainnya (وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُوْدَ وَسُلَيْمَانَ عِلْماً), maka mereka berdua mengakui karunia Allah dan memuji-mujinya atas hal tersebut: “وَقَالَا اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ فَضَّلَنَا عَلَى كَثِيْرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ.

Ilmu adalah kemuliaan, kedudukannya sangat terhormat dan para pengembannya berada di depan. Maka ilmu adalah termasuk nikmat yang paling agung dan anugerah paling berharga. Barangsiapa diberi ilmu maka dia memimpin hamba-hamba Allah yang mukmin.

Sangat jauh beda antara orang alim dan orang jahil. Orang jahil berjalan tidak tahu arah di malam gelap gulita, sementara orang alim berjalan dalam sinaran ilmu yang terang di jalan hidayah. Allah menyatakan:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّما يَتَذَكَّرُ أُولُوا الْأَلْبابِ (الزمر: 9)

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ (الأنعام: 50)

Seorang penyair memotivasi untuk mencari ilmu dengan mengatakan:

تَعَلَّمْ، فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُوْلَدُ عَالِماً * وَلَيْسَ سَـوَاءً عَالِـمٌ وَجَهثـْولُ

Belajarlah, karena seseorang itu tidak dilahirkan dalam keadaan alim, dan tidaklah sama orang alim dan orang jahil.”

  1. Menceritakan nikmat

Dua orang Nabi (Nabi Daud dan Nabi Sulaiman) yang mulia as telah diberi ilmu untuk mengerti bahasa burung oleh Allah1. Sulaiman as berkata:

يا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ (النمل: 16)

Allah berfirman kepada Nabi Muhammad saw tentang wajibnya tahadduts binni’mah (menceritakan nikmat):

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (الضحى: 11)

Menceritakan nikmat yang dimaksud di sini bukan dengan membanggakan dan menyombongkan, melainkan dengan amal shalih, dengan melayani masyarakat, dengan begadang malam, demi kenyamanan mereka, serta dengan mengakui karunia Allah melalui amal dan ucapan. Sesungguhnya membantu orang lain dan memenuhi hajat mereka serta berupaya untuk itu termasuk menceritakan nikmat.

Tidak seorang pun sampai kepada apa yang dicapai oleh kerajaan Sulaiman, sebab Allah menundukkan untuknya manusia, jin, burung dan hewan buas. Dia diberi apa yang belum pernah diberikan kepada seorang pun di dunia ini.

Imam al-Qurthubi berkata dalam menafsiri ayat ini:

وَقالَ يا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ (16) النمل

Maksudnya, Sulaiman berkata kepada Bani Israil dalam rangka mensyukuri nikmat-nikmat Allah: “عُلِّمْنا مَنْطِقَ الطَّيْرِ. Allah telah memberikan anugerah kepada kami berupa apa yang kami warisi dari Daud yaitu ilmu, kenabian, ma’rifat, dan khilafah di bumi, yaitu dari suara-suara burung kita difahamkan kepada makna-makna yang terkandung dalam dirinya.

Muqatil berkata:

Suatu hari Sulaiman duduk, tiba-tiba lewatlah seekor burung yang terbang mengitarinya, maka dia berkata kepada orang-orang di majlisnya: “Apakah kalian tahu apa yang dikatakan oleh burung ini?” Sesungguhnya dia berkata kepada saya:

اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا الْمَلِكُ اَلْمُسَلِّطُ وَالنَّبِيُّ لِبَنِي إِسْرَائِيْلَ! أَعْطَاكَ اللهُ الْكَرَامَةَ، وَأَظْهَرَكَ عَلَى عَدُوِّكَ، إِنِّي مُنْطَلِقٌ إِلَى أَفْرَاخِي ثُمَّ أَمُرُّ بِكَ الثَّانِيَةَ.

Semoga keselatmatan untuk Anda wahai paduka Raja yang berkuasa, juga seorang Nabi untuk Bani Israel! Allah telah memberi Anda kemuliaan, dan telah memenangkan Anda atas musuh Anda. Saya sedang menuju kepada anak-anak saya, kemudian saya akan kembali lagi melewati Anda.’

Kata Nabi Sulaiman: “Sungguh burung itu akan kembali lagi kepada kita.”

Kemudian burung itu pun datang kembali untuk kedua kalinya lalu berkata:

اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا الْمَلِكُ الْمُسَلِّطُ، إِنْ شِئْتَ أَنْ تَأْذَنَ لِي كَيْمَا أَكْتَسِبُ عَلَى أَفْرَاخِي حَتَّى يَشْبَعُوْا ثُمَّ آتِيْكَ فَافْعَلْ بِيْ مَا شِئْتَ

Semoga keselamatan senantiasa atasmu wahai Paduka Raja yang berkuasa. Jika Anda mau Anda bisa mengizinkan saya untuk mencari makan bagi anak-anak saya hingga mereka kenyang kemudian saya datang lagi kepada Anda. Silahkan Anda memerintahkan saya apa yang Anda mau.”

Lalu Sulaiman menceritakan hal itu kepada mereka, lalu Sulaiman mengizinkannya, maka burung itu pun pergi.

Farqad al-Sabakhi berkata: Sulaiman berjalan bertemu dengan burung Bulbul yang bertengger di atas pohon, sambil menggerakkan kepalanya dan membelokkan ekornya, maka Dia berkata kepada para sahabatnya: Tahukan kalian apa yang dikatakan oleh Bulbul ini? Mereka berkata: Tidak wahai Nabiyallah. Sulaiman berkata: dia berkata:

أَكَلْتُ نِصْفَ تَمْرَةٍ فَعَلَى الدُّنْيَا الْعَفَاءُ.2

Saya makan separuh dari satu biji buah, semoga dunia ini terus tumbuh dan berkembang.3

Sulaiman ketemu Hud-hud di atas pohon, sementara di pohon itu ada perangkap (jebakan) yang dipasang oleh anak kecil, maka Sulaiman berkata kepadanya: “Hati-hati wahai Hud-hud!” Lalu Hudhud menjawab: “Wahai Nabiyallah, ini anak kecil tidak punya akal, saya akan meledeknya.” Kemudian Sulaiman kembali, ternyata didapatinya burung Hud-hud sudah masuk dalam perangkap anak kecil itu, dan dia sudah memegangnya, maka Sulaiman berkata: “Hud-hud, apa ini?!” Hud-hud berkata: “Saya tidak melihatnya hingga saya terperangkap wahai Nabiyallah!” Nabi Sulaiman berkata: “Celaka kamu ini! Kamu melihat air yang ada di bumi, tidak melihat perangkap?!” Maka dia menjawab:

يَا نَبِيَّ اللهِ إِذَا نَزَلَ الْقَضَاءُ ع

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *