RENUNGAN PASCA RAMADHAN 

Sungguh tidak terasa, begitu cepatnya Ramadhan meninggalkan kita, terasa baru kemarin kita berkumpul, shalat berjama’ah, shalat tarawih, buka bersama, dan mengikuti kajian-kajian menarik. Ingin rasanya kita menangis, goresan yang ditorehkan Ramadhan di dalam hati ini terasa masih segar, goresan yang tidak berdarah namun berair mata. Itulah goresan kerinduan yang terukir karena kecintaan.

Betapa tidak, Ramadhan adalah bulan jihad, bulan perjuangan, bulan kesabaran, bulan yang menjadi simbul kemenangan melawan nafsu setan, bulan yang penuh dengan rahmah, berkah dan maghfirah, bulan semangat: semangat shalat jama’ah, shalat sunnah, puasa, baca al-Qur’an, berzikir, bersedekah dan semangat berukhuwah. Bulan yang di dalamnya pintu surga dibuka lebar, pintu neraka ditutup rapat, setan dibelenggu, malaikat diturunkan, pahala dilipat gandakan, rahmat dibentangkan. Sungguh berbahagialah orang yang menatap Ramadhan dengan wajahnya, menyambut dengan tangannya dan memeluk dengan kuatnya. Ya Allah, terimalah semua amalan baik kami dan ampunilah segala kesalahan dan dosa kami, dan luluskan kami dari madrasah taqwa, madrasah Ramadhan, amin.

Ada sekelompok orang yang sangat rugi dan celaka, hatinya keras, tidak mendapat ampunan, mendapat laknat Allah, yaitu orang yang penuh dengan debu maksiat dan kotoran dosa, yang setelah dimasukkan ke dalam madrasah Ramadhan ini atau digodok dan dicuci dalam mesin cuci Ramadhan, ternyata ia masih tetap seperti semula, tidak bersih dan tidak berubah menjadi putih. Setelah Ramadhan ia masih tetap malas beribadah dan giat melakukan maksiat. Rasulullah  bersabda:

((مَنْ اَدْرَكَ رَمَضَانَ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ فَإِنْ مَاتَ دَخَلَ النَّارَ))

“Barang siapa menjumpai Ramadhan dan ia tidak mendapatkan ampunan, maka jika ia mati akan masuk neraka” (Hadits shahih riwayat Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban).

Karena itu ketika malaikat Jibril berkata kepada Nabi :

((رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ اَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ))

“Sungguh hina orang yang menjumpai Ramadhan ternyata ia tidak mendapatkan ampunan,” maka Nabi berkata, “Amin (semoga hina orang tersebut).” (HR Imam Ismail al-Qadhi, dishahihkan oleh al-Albani).

Maka tanda orang yang lulus Ramadhan adalah yang giat beribadah sesudah Ramadhan seperti ia giat di dalam bulan Ramadhan, dan orang yang sabar menahan diri dari maksiat di luar Ramadhan seperti ia sabar menahannya di dalam bulan Ramadhan. Mengapa demikian? Karena yang mukmin pasti akan mengatakan bahwa:

  • Allah, Tuhan yang kita sembah, kita taati dan kita takuti serta yang kita cintai di dalam bulan Ramadhan, Dia juga yang menjadi Tuhan Penguasa di luar Ramadhan.
  • Tuhan yang memberikan rahmat dan nikmat yang harus disyukuri di dalam Ramadhan Dia juga yang harus disyukuri di luar Ramadhan.
  • Jika Ramadhan telah usai maka amalan mukmin belum dan tidak usai kecuali dengan datangnya kematian Allah  berfirman:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ

“Dan sembahlah Tuhanmu hingga ajal menjemputmu.” (QS. al-Hijr: 99)

Allah  Berfirman:

يَايُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمِيْنَ

“Hai Orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kamu meninggal dunia kecuali dalam keadaan muslim.” (Ali Imran: 102)

Rasulullah  bersabda:

((إِذَا مَاتَ الْعَبْدُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ))

“Apabila seorang hamba telah mati maka putuslah amalnya.” (HR. Muslim Abu Daud, Nasai dan Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad) Nabi tidak menjadikan batas akhir dari amal kecuali kematian.

Semua ibadah yang ada di bulan Ramadhan ada yang harus kita lakukan di luar Ramadhan, diantaranya antara lain:

  1. Majelis ilmu dan kajian-kajian
  2. Shalat berjama’ah
  3. Puasa sunnah
  4. Infaq dan shadaqah
  5. Tilawatul Qur’an
  6. Qiyamul Lail
  7. I’tikaf memakmurkan masjid
  8. Jihad memerangi nafsu dan setan
  9. Semangat ukhuwah Islamiyah
  10. Shalat sunnah, wirid dan do’a
  11. Silaturahim

Abu Ja’far Muhammad Ibn Ali meriwayatkan secara marfu’ bahwa Nabi  bersabda:

((مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ صَحِيْحًا مُسْلِمًا فَصَامَ نَهَارَهَا وَصَلَّى وِرْدًا مِنْ لَيْلِهِ وَغَضَّ بَصَرَهُ وَحَفِظَ فَرْجَهُ وَلِسَانَهُ وَيَدَهُ وَحَافَظَ عَلَى صَلاَتِهِ فِى الْجَمَاعَةِ وَبَكَّرَ إِلىَ جُمْعَتِهِ فَقَدْ صَامَ الشَّهْرَ وَاسْتَكْمَلَ اْلأَجْرَ وَأَدْرَكَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَفَازَ بِجَائِزِ الرَّبِّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى))

“Barangsiapa menjumpai Ramadhan dalam keadaan sehat dan muslim lalu ia puasa di siang harinya, shalat rutin di sebagian malamnya, menjaga pandangan matanya, menjaga kemaluan, lisan dan tangannya, menjaga shalat berjama’ah dan bersegera pergi (pagi-pagi) menuju Jum’ahnya maka ia telah berpuasa sebulan penuh, mendapatkan pahala secara utuh, mendapatkan lailatul Qadar dan berhasil memboyong piala dari Allah Penguasa Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.” (HR. Ibn Abi al-dunya)

Kemudian Rasulullah  bersabda:

((مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ اتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّال كَانْ كَصِيَامِ الدَّهْرِ))

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian meneruskannya dengan (puasa) enam hari dari bulan Syawwal maka (pahalanya) seperti puasa satu tahun.” (HR. Muslim, dan hadits yang mirip dengan ini diriwayatkan oleh Darimi, Ibn Majah, Ahmad dan Bazzar)

Ada beberapa catatan penting mengenai puasa syawwal dan Qadha Ramadhan:

  1. Orang yang masih menanggung hutang puasa Ramadhan harus mengqadha’ dulu, baru kemudian puasa Syawwal, karena;
    1. Nabi  bersabda: “Barangsiapa puasa Ramadhan”, ini berarti Ramadhan secara keseluruhan. Kemudian Nabi bersabda: “lalu ia teruskan dengan Syawwal.” Artinya 6 Syawwal ini datang setelah selesainya keseluruhan Ramadhan.
    2. Nabi  bersabda:

((مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ وَعَلَيْهِ مِنْ رَمَضَانَ شَىْءٌ لَمْ يُقْبَلْ مِنْهُ حَتىَّ يَصُوْمُ))

“Barangsiapa menjumpai Ramadhan sementara ia masih terbebani oleh sebagian tanggungan Ramadhan lalu, maka tidak akan diterima daripadanya hingga ia mengqadhanya.” (HR. Ahmad dari Abu Hurairah, hadits hasan)

  1. Dari sini dapat disimpulkan pula bahwa tidak boleh berniat puasa qadha dan syawwal sekaligus, tetapi harus ditunaikan secara terpisah.
  2. Puasa enam hari Syawwal boleh berurutan dan boleh juga dilakukan secara terpisah-pisah, dengan mengutamakan pada hari Senin dan Kamis, sebab Nabi  bersabda:

((تُعْرَضُ اْلأَعْمَالُ يَوْمَ اْلإِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِىْ وَأَنَا صَائِمٌ))

“Amal-amal manusia itu dilaporkan pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka bila amalku dilaporkan saat aku berpuasa.” (HR. tirmidzi dari Abu Hurairah).

  1. Yang menyamai fadhilah puasa Ramadhan dan 6 Syawwal adalah puasa tiga hari setiap bulan. Rasulullah  bersabda:

((ثَلاَثٌ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانُ إِلىَ رَمَضَانَ فَهَذَا صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ))

“Tiga hari dari setiap bulan dan Ramadhan ke Ramadhan (berikutnya), ini adalah puasa setahun penuh.” (HR. Muslim dan ahmad)

Inilah puasa yang diwasiatkan oleh Rasulullah  kepada Abu Hurairah  dan yang paling utama tiga hari tersebut adalah hari-hari purnama, yaitu tanggal 13, 14 dan 15. (Hadits Abu Dzar, riwayat Ahmad dan Nasa’i)

Diantara ibadah-ibadah yang juga harus dikerjakan di luar Ramadhan adalah apa yang dinyatakan oleh Rasulullah  berikut ini:

((أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا اْلأَرْحَامَ وَصَلوُّا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ))

“Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambungkanlah tali kekerabatan, shalatlah di waktu malam saat manusia dalam tidur panjang kamu pasti masuk surga dengan aman.” (HR. Tirmidzi, Hasan Shahih)

Karena itu wahai saudara-saudaraku, bersemangatlah dalam melakukan ketaatan dan berjihadlah dalam menjauhi kemaksiatan agar mendapatkan kemenganan hakiki dan kebahagiaan abadi, kehidupan yang baik duniawi dan ukhrawi, serta pahala yang melimpah tiada henti.

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُوْنَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-Nahl: 97)

Ya Allah, tetapkanlah hati kami dalam keimanan, tegakkan semangat Ramadhan di hati kami, bimbinglah kami ke jalan ridaha-Mu, hidupkanlah kami dalam kehidupan yang indah penuh arti dan kumpulkanlah kami ke dalam barisan orang-orang yang shalih. [*]

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *