PANDUAN MUSLIM UNTUK MEMILIH PEMIMPIN DAN WAKILNYA

Menindak lanjuti makalah cinta tanah tanah air dan nasionalisme[1], dan juga untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan kepada saya terkait memilih pemimpin, maka saya memberikan petunjuk kepada setiap muslim agar memilih pemimpin dan wakilnya yang memiliki kriteria yang ditunjukkaan oleh agama Islam atau yang paling mendekati kepada kriteria itu. Di antara kriteria yang wajib selalu diperhatikan adalah:

  1. Muslim; beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bertauhid, bertakwa, menegakkan shalat, membayar zakat, dan beramar makruf nahi anil munkar dan istiqamah di atas jalan dakwah kepada Allah.

Allah berfirman:

( الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عاقِبَةُ الْأُمُورِ (الحج 41

( وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنْ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ ﴾ (الأعراف:96)

 وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ﴾ -النور:55)

Khalifah Abu Bakar berkata:

بَقَاؤُكُمْ عَلَيْهِ مَا اسْتَقَامَتْ بِكُمْ أَئِمَّتُكُمْ

“Kekekalan kalian di atasnya (Islam dan kebaikan) adalah selagi para imam (pemimpin) kalian istiqamah dalam mengurusi kalian.” (HR. Bukhari. 3834)

Termasuk di sini adalah “mencintai apa dan siapa yang dicintai oleh Allah, dan membenci apa dan siapa yang dibenci oleh Allah”. Ia mengagungkan syiar-syiar Islam atau kehormatan Islam seperti al-Qur`an, dan para ulama pewaris nabi – Shalallahu alaihi wasalam-.

2. Pejuang, tegas kepada yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, tidak takut kecuali kepada Allah, tidak takut cemoohan siapa pun dalam kebenaran dan dalam menyampaikan risalah.

Allah berfirman:

 يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكافِرِينَ يُجاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا يَخافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشاءُ وَاللَّهُ واسِعٌ عَلِيمٌ﴾ -المائدة: 54)

( الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسالاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلا يَخْشَوْنَ أَحَداً إِلاَّ اللَّهَ وَكَفى بِاللَّهِ حَسِيباً﴾ (الأحزاب: 39)

3. Sehat jasmani, berilmu , kuat, dan amanah (tanggung jawab) tidak koruptor, dan tidak berkhianat

Allah berfirman:

( إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ القَوِيُّ الأَمِينُ﴾ (القصص: 26)

Imam Syafi’i meriwayatkan dengan sanadnya dari Maula Usman bin Affan, dia berkata:

Tatkala saya dan Usman berada di propertinya di ‘Aliyah (Awali, dataran tinggi Madinah, yang paling dekat dari Madinah berjarak 4 mil, yang paling jauh 8 mil) di hari yang sangat panas, tiba-tiba Usman melihat seseorang menuntun dua anak unta, sementara bumi sangat panas menyengat, maka dia berkata: “Mengapa dia tidak tinggal saja di Madinah, hingga kalau sudah dingin dia pergi (mengurusi dua anak unta ini)?” Ketika sudah mendekat dia berkata: “Coba perhatikan siapa dia?” Maula Usman berkata: Saya perhatikan lalu saya katakan: “Saya melihat seorang lelaki yang bersorban dengan selendangnya menuntun dua ekor unta muda. Kemudian orang itu mendekat, Usman berkata: ‘Lihat siapa?’ Maka saya lihat ternyata dia Umar ibn al-Khatthab, maka saya katakan: “Ini Amirul Mukminin.” Maka Usman bangkit lalu mengeluarkan kepalanya dari pintu, maka diapun terkena panasnya angina yang panas, maka dia memasukkan kembali kepalanya, hingga ketika sudah berjajar dengannya, Usman berkata: apa yang membuatmu keluar pada saat seperti ini? Umar menjawab: unta muda dari unta-unta zakat, keduanya tertinggal, saya ingin menggabungkan keduanya di hima (tempat khusus untuk gembala unta zakat), saya khawatir keduanya hilang lalu aku akan ditanyai oleh Allah – Subhanahu wa ta’ala- tentang keduanya! Maka Usman berkata: wahai Amirul mukminin, ayo mampirlah untuk minum dan berteduh, dan kami akan mencukupi Anda. Maka Umar berkata: kembalilah kamu kedalam tendamu. Saya katakana: kami mempunyai orang yang akan mencukupi Anda. Maka Umar berkata: kembalilah ke dalam tendamu. Lalu dia pergi, maka Usman ra berkata:

مَنْ أحَبَّ أَنْ يَنظُرَ إلَى القَوي الأَمينَ فَلْيَنْظُر إِلَى هذَا

“Barang siapa ingin melihat kepada orang yang kuat lagi manah maka lihatlah orang ini (yaitu Umar ra).” Maka Usman kembali merebahkan dirinya. (Musnad al Syafi’I, Tartib al Sidi, 2/196, no. 699)

4. Berakhlak mulia, ahli berdoa kepada Allah untuk kebaikan rakyat dan negerinya, mencintai rakyat dan negerinya, membela dan melindungi mereka dari marabahaya dunia dan akhirat.

Rasulullah – Shalallahu alaihi wasalam- bersabda:

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ، وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ، وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian, mereka mendoakan baik untuk kalian dan kalian mendoakan baik kepada mereka. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka, merekapun membenci kalian, kalian melaknat mereka dan merekapun melaknat mereka. (HR. Muslim, 1855)

Ini bias dilihat dari visi misinya dan rekam jejaknya, juga visi misi dan rekam jejak partai yang mengusungnya.

5. Lembut dan sayang kepada rakyat, melayani kepentingan masyarakat dan meringankan beban mereka

Nabi sudah mendoakan:

اللهُمَّ، مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ، فَاشْقُقْ عَلَيْهِ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ

“Ya Allah, barang siapa menjabat sesuatu yang mengurusi urusan umatku kemudian memberatkan (menyulitkan) mereka maka beratkanlah bebannya (persulitlah dia)”.

Sabda Nabi: “فَشَقَّ عَلَيْهِمْ” adalah mempersulit rakyat, atau membebani mereka dengan masyaqqah atau madharrah, maka Nabi mendoakan buruk atasnya. Bahkan dalam Mustakhraj Abu Uwanah (4/380) disebutkan:

فَعَلَيْهِ بَهْلَةُ اللَّهِ

“Maka ia dilaknat oleh Allah”

Ini adalah doa dari Nabi – Shalallahu alaihi wasalam- untuk ditimpakan masyaqqah atas pemimpin tersebut baik masyaqqah dunia maupun akhirat. (Subul al Salam, 7/160)

Lanjutan hadits: “Barang siapa menjabat sesuatu yang mengurusi urusan umatku kemudian menyayangi (memudahkan) mereka maka sayangilah (mudahkanlah) kepadanya.” (HR. Muslim. 1828)

Nabi – Shalallahu alaihi wasalam- juga bersabda:

مَنْ وَلِيَ أَمْرًا مِنْ أَمْرِ النَّاسِ، ثُمَّ أَغْلَقَ بَابَهُ دُونَ الْمِسْكِينِ، وَالْمَظْلُومِ أَوْ ذِي الْحَاجَةِ أَغْلَقَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى دُونَهُ أَبْوَابَ رَحْمَتِهِ عِنْدَ حَاجَتِهِ، وَفَقْرِهِ أَفْقَرُ مَا يَكُونُ إِلَيْهَا

“Barang siapa menjabat sesuatu yang mengurusi urusan manusia kemudian menutup pintunya di hadapan orang miskin dan orang teraniaya, atau orang yang memiliki keperluan maka Allah akan menutup pintu-pintu rahmat-Nya di hadapannya di saat keperluaannya dan kemelaratannya, saat yang dia paling membutuhkannya (yaitu di hari kiamat).” (HR. Ahmad, shahih lighairi dari Abu Maryam al Azdi)

6. Bersyukur kepada Allah dan mengajak rakyat untuk itu, menjaga dan melestarikan kekayaan, tidak sombong dan tidak kufur nikmat

Allah berfirman memberi peringatakn kepada bangsa yang makmur seperti kita ini agar jangan sampai kufur nikmat kepada Allah:

( وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ﴾ (النحل:112)

Termasuk yang perlu diingat dan tidak boleh diabaikan adalah:

  • Pemimpin dan wakil itu satu paket, tidak bisa dipisahkan, wajib dilihat sebagai satu kesatuan.
  • Pemimpin dan wakilnya tidak bisa dipisahkan dengan partai yang mengusungnya atau yang membawahinya.

Maka untuk bisa memahami dengan utuh perlu melihat kepada visi misinya dan rekam jejaknya, juga visi misi dan rekam jejak partai yang mengusungnya.

  • Ikutilah apa yang tampak jelas dalam ilmu dan pertimbangan, dan pasrahkan selebihnya dan hasilnya kepada Allah SWT. Dan jangan bingung oleh macam-macamnya sudut pandang politik. Jika Anda tidak mafam juga maka marilah kita banyak beristighfar kepada Allah – Subhanahu wa ta’ala- , sebab dengan istighfar balak akan ditolak ataupun akan diangkat oleh Allah dan makar akan dibuyarkan oleh Allah.

Kita wajib berpegang teguh dengan agama kita sebagai pijakan dan acuan untuk memilih dan beraktifitas lainnya, sebab Allah – Subhanahu wa ta’ala- telah mengaitkan antara tauhid, kepemimpinan, persatuan, ukhuwah dan hasil akhirnya yaitu kemenangan bagi umat ini. Allah berfirman :

فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ (62) وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعاً مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (63) يا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ – الأنفال: 64)

“…Maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al Anfal: 62-64)

Demikian sedikit sumbangsih panduan bagi muslim untuk memilih pemimpin dan wakilnya dimana saja dan kapan saja.

Semoga Allah memilih untuk kita pemimpin yang terbaik dari yang ada. Aamiin.

اللهم ول علينا خيرنا، اللهم ول علينا من خافك واتقاك، ولا تسلط علينا من لا يخافك ولا يرحمنا. اللهم أصلح ذات بيننا، وألِّف بين قلوبنا، واهدنا سبل السلام، وأخرجنا من الظلمات إلى النور، وبارك لنا في أسماعنا وأبصارنا وقوتنا ما أحييتنا يا ذا الجلال والإكرام. اللهم إنا نسألك من الخير كله عاجله وآجله ما علِمنا منه وما لم نعلم، ونعوذ بك من الشر كله عاجله وآجله ما علمنا منه وما لم نعلم، وأن تجعل كل قضاءٍ قضيته لنا خيرا يا رب العالمين. اللهم اغفر لنا ولوالدينا وللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. ربنا إنَّا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكوننَّ من الخاسرين. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار .

  1. http://www.agushasanbashori.com/khutbah-idul-fitri-cinta-tanah-air-dan-nasionalisme/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *