OASE DI PADANG SAHARA

(Pemuas dahaga di gurun fatamorgana) ed

Dr. KH. Agus Hasan Bashori, Lc., M.Ag.

Kondisi dimana kita hidup saat ini, di negeri ini, saya rasakan gersang bagaikan sahara, kering, panas, jauh dari kehidupan, jauh dari kemakmuran dan jauh dari peradaban. Bagaimana tidak, dari waktu ke waktu kita selalu disuguhi dengan fenomena kejahilan, kemaksiatan, dan kemungkaran yang merajalela, fenomena kurangnya iman, ilmu, dan akhlak di mana-mana, bagaikan benang kusut yang sulit terurai, semakin lama semakin tidak jelas ujung pangkalnya.

Apa yang terjadi sekarang ini termasuk fitnah-fitnah akhir zaman, yang kata Nabi i:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ، وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ، وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ

Tidak akan terjadi kiamat hingga dicabutlah ilmu, banyak terjadi gempa (kegoncangan), zaman berdekatan dan tampak fitnah-fitnah.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah t).

Begitu derasnya fitnah ini sampai diserupakan oleh Nabi i sebagai hujan “hujan fitnah”. Beliau bersabda:

إِنِّي لَأَرَى مَوَاقِعَ الْفِتَنِ خِلَالَ بُيُوتِكُمْ كَمَوَاقِعِ الْقَطْرِ

Sungguh saya melihat tempat-tempat fitnah di sela-sela rumah kalian seperti tempat-tempat jatuhnya air hujan.” (HR. Bukhari Muslim dari Usamah t)

Kondisi ini saya tulis sebagai salat satu usaha untuk menghindarkan datangnya murka Allah, sebab dalam hadits Hudzaifah t Rasulullah bersumpah:

Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian beramar ma’ruf dan nahi ‘anil munkar atau sebentar lagi Allah akan mengirim adzab atas kalian dari sisinya, kemudian kalian berdoa kepada-Nya maka Dia pun tidak menjawab doa kalian.” (HR. Turmudzi, hadits Hasan).


Sebagai alat bantu untuk memahami panasnya admosfir gurun sahara kehidupan dan fakta derasnya hujan fitnah yang mengeringkan kerongkongan dan mengernyitkan dahi, saya kemukakan beberapa data berikut:

  1. Hasil survei: 40-45% remaja sudah berzina

Hasil Synovote Research 2004 tentang perilaku seksual remaja di empat kota (Surabaya, Jakarta, Bandung, Medan) yang melibatkan 450 remaja memperoleh hasil 44 % responden mengaku melakukan zina di usia 16-18 tahun dan 16 % lainnya di usia 13-15 tahun.1

Kemudian tahun 2007, Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKN), M. Masri Muadz menyatakan, berdasarkan hasil survei perusahaan kondom pada 2005 di hampir semua kota besar di Indonesia dari Sabang hingga Merauke, tercatat sekitar 40%–45% remaja antara 14–24 tahun menyatakan secara terbuka bahwa mereka telah berzina sebelum nikah.2

Menurut Hidayat dalam penelitian Sinaga Tinceuli (2007:10) ternyata 97,05% dari 1.660 responden mahasiswa di Yogyakarta sudah tidak perawan lagi. Bahkan diketahui pula 90% di antaranya telah melakukan aborsi.

Sampai dengan Januari 2001 rata-rata perhari lima remaja putri mengaku telah mengalami perzinaan. Dengan demikian, dalam sebulan rata-rata remaja yang melakukan hamil pranikah sebanyak 150 orang. Mereka mengalami kehamialan bervariasi mulai dari kelas dua SMP sampai mahasiswa. Allahul musta’an.

  1. Hasil survei: 51.2% remaja SMA dan mahasiswa aborsi ilegal, dan setiap tahun 2,5 juta bayi digugurkan.

Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, diperkirakan jumlah kelahiran di Indonesia adalah sebesar 5 Juta jiwa per tahun dan angka keguguran sebesar 3,5 juta per tahun.

Sudibyo Alimoesa, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN mengatakan (30/5/2012): “Membicarakan aborsi adalah hal yang sensitif, apalagi karena hukumnya ilegal. Tapi jumlahnya memang cukup banyak sekitar 2,5 jutaan setiap tahun. Jika jumlah ini benar, maka angka aborsi jika dihitung sudah hampir separuh dari angka kelahiran di Indonesia.3 Maka tersiar kabar bahwa menurut data BKKN tahun 2012, sebanyak 51.2% remaja SMA dan mahasiswa melakukan aborsi ilegal.

Berdasarkan hasil survey Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak di 33 Provinsi pada Januari–Juni 2008, hampir 25% remaja pernah melakukan aborsi. Sekitar 30% aborsi dilakukan wanita usia 15-24 tahun dari kalangan SMA, mahasiswa, hingga korban perkosaan.4

Memang angka-angka di atas sulit diyakini sebagai data yang valid, namun paling tidak memberikan indikasi tentang buruk fitnah akhir zaman. Allahul musta’an.

  1. Hasil survei: 71.2% anak muda Islam Indonesia tidak sholat.

Survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) 2010, bersama Goethe Institute menunjukkan kaum muda muslim cukup rendah dalam menjalankan kewajiban salat 5 waktu. Namun, mereka menjunjung tinggi nilai-nilai konservatif.

Survei bertema “Tata nilai, impian, cita-cita pemuda muslim di Asia Tenggara” ini diadakan di 33 provinsi di Indonesia dengan 1.496 responden yang berusia 15-25 tahun. Responden berpendidikan SD hingga perguruan tinggi. Survei dilakukan dengan wawancara langsung 18-26 November 2010.

  1. Hasil survei: 65% umat Islam Indonesia dan 69% pelajar SMA tidak bisa membaca AlQuran.

Hasil survei Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dipublish 25 Desember 2013 menyebutkan bahwa 65 persen umat Islam di Indonesia ternyata masih buta aksara Al-Qur’an. 35 persennya hanya bisa membaca Alquran saja. Sedangkan yang membaca dengan benar hanya 20 persen.

Lebih dari itu, berdasarkan data terbaru 2016 dari Pusat Litbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Kementerian Agama yang telah melakukan penelitian Indeks Literasi Alquran siswa SMA dalam skala penilaian satu sampai lima, menemukan bahwa indeks literasi Alquran siswa SMA secara nasional berada dalam kondisi “sedang” dengan indeks rata-rata 2,44.

Penelitian ini dilakukan secara bertahap terhadap 3.710.069 siswa SMA negeri ataupun swasta dari total populasi siswa SMA sekitar tujuh juta siswa di seluruh Indonesia, di 34 propinsi. Penelitian yang dilakukan pada September 2016, dan ditulis dalam 700 halaman itu bertujuan mengevaluasi berbagai aspek kemampuan dalam literasi Alquran. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar.

Di majalah al-Umm edisi lalu sudah kita bahas bahwa menurut Pak Widi pakar statistik di sela-sela acara Muktamar PULDAPII pertama di Asrama Haji Sukolilo Surabaya pada hari Sabtu, 8 Juli 2017 yang dimaksud dengan level sedang adalah: “Yaitu hafal huruf hijaiyah dan mengerti prinsip dasar tajwid, misalnya bacaan izhhar itu dibaca jelas.” Kemudian pak Widi menerangkan bahwa di antara hasil penelitian itu mengungkapkan: 18 % siswa membaca al-Qur`an dengan level tinggi, 48 % membaca dengan level sedang dan, sisanya dengan level rendah.

  1. Data Kemenang: 21.000 sekolah di Republik ini tidak memiliki guru agama

Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengatakan bahwa pendidikan agama Islam di sekolah saat ini dihadapkan pada problem fundamental berupa kekurangan guru agama. Menurutnya, kekurangan guru agama Islam di sekolah sangat massif. “Data kita, kira-kira sekitar 21 ribu kekurangan guru agama Islam di sekolah,” ujarnya di Jakarta, Senin (03/07/2017). 

Ini tentu saja problem mendasar karena jika guru agamanya kurang, berarti pelajaran agama Islam tidak ada atau pengajar agama di sekolah selama ini bukan ahli agama. Maka pantas kalau mutu agama dan literasi al-Qur`an para pelajar sangat rendah, begitu pula minat shalat siswa rendah.

  1. Gus Sholah: Mutu sekolah Islam jauh tertinggal

 

KH. Salahuddin Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Sholah menjadi pembicara pada pengajian bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang mengusung tema Islam dan Indonesia: Mencari Format dan Strategi Baru, Jumat (4/8/2017) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Menteng Jakarta Pusat. Dalam paparannya Gus Sholah menyinggung soal Islam dan Indonesia dalam sudut pandang pendidikan.  

Beliau mengemukakan bahwa pendidikan Islam saat ini jauh tertinggal oleh yang lannya, padahal pendidikan Islam merupakan pendidikan tertua di Indonesia dan ada sejak dulu sebelum pendidikan umum yang dikelola oleh Belanda. Mutu sekolah Islam tertinggal, dari 100 sekolah SMA dan Aliyah terbaik berdasarkan hasil UNBK, hanya ada 2 Aliyah dan 1 SMA Islam, sementara 42 diisi oleh SMA Negeri dan sisanya sekolah Kristen dan Katolik. Hal ini membuktikan bahwa ketertinggalan sekolah atau lembaga pendidikan Islam sungguh sangat luar biasa.

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ini mengatakan, “Kita harus menguatkan pendidikan Islam untuk menyiapkan generasi kita berpuluh-puluh tahun ke depan. Ekonomi Islam perlu menjadi bidang garapan umat Islam ke depan. Saat ini sudah banyak pondok pesantren yang sukses dalam bisnis mengembangkan amal usaha. Agar bisa bersaing dengan ekonomi kapitalis,” kata mantan anggota MPR ini.

  1. Indonesia, Bebas Narkoba. Tiap hari 50 mati dibunuh narkoba.

Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Nico Afinta (Juli 2017) mengatakan, jumlah pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 5-6 juta orang, berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN).

Saat ini, Indonesia menjadi pasar utama penjualan narkoba dari bandar jaringan internasional. Hal itu terbukti dengan penyitaan sabu satu ton di kawasan Pantai Anyer, Serang Banten dan sabu 40 kilogram di Kalideres, Jakarta Barat. Dua temuan besar itu semua pengedarnya berasal dari Cina. 

Tahukah anda bahwa 27 Persen Pengguna Narkoba adalah Pelajar dan Mahasiswa?

Tahukah anda bahwa di Kota pelajar Yogyakarta, pengguna narkoba didominasi pelajar dan mahasiswa, 2,6 % dari total penduduk Yogya yang berjumlah 3,6 juta jiwa?

Hal yang serupa juga terjadi di Surabaya, peredaran narkoba terus meningkat di kalangan mahasiswa.

Di Malang tahun 2016, ada 229 orang terkena kasus narkoba, dari jumlah itu, 40% berusia pelajar, dan yang benar-benar berstatus pelajar, ada sekitar 25%.

 

Jika tahun 2011, slogan Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah “Tahun 2015 Indonesia bebas narkoba”, maka rasanya di tahun 2017 ini slogan itu seolah berubah hanya dengan ketambahan koma (,) menjadi “Indonesia, bebas narkoba”, bukan Indonesia bebas dari Narkoba, tetapi di Indonesia, narkoba bebas.

Lebih mengejutkan lagi penuturan dari Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso di Kantor BNN Cawang yang dipublikasikan pada bulan Ini Agustus 2017 di Majalah Linkers:

BNN banyak keterbatasan. BNN dianggap yang penting ada… BNN seperti ada dan tiada, karena tidak bisa berbuat apa-apa . sampai hari ini jika di atas kertas BNN tidak bisa apa-apa.”!

 

Subhanallah! Sungguh fakta yang pahit. Sampai beliau berkata bahwa kalau dulu Indonesia adalah pangsa pasar narkoba terbesar ASEAN, sekarang terbesar di dunia. Mau mencari narkoba jenis apa di Indonesia ada, yang terbaru di dunia belum ada di Indonesia sudah ada. Bahkan narkoba di luar negeri yang tidak laku, di Indonesia laku. Semua jenis narkoba dipakai di Indonesia. Bahkan lem yang bukan narkoba juga dipakai untuk mabuk. Innalillah wainna ilaihi raji’un.

Sampai akhirnya beliau mengatakan:

Kita, berton-ton narkoba masuk Indonesia dan setiap hari 50 mati karena narkoba, kok tenang-tenang saja, tidur nyenyak?!…kita butuh kesadaran masyarakat untuk menghentikan ini. terutama generasi muda yang mengalami pergeseran budaya. Budaya huru-hara menjadi cikal bakal penggunaan narkoba…desain besarnya adalah Indonesia hancur lemah. Sesua elemen sudah disusupi..bahkan bayipun sudah terkontaminasi. TK, SD, SMP, SMA. Mahasiswa, sampai kakek-kakek yang sudah mau mati terkontaminasi narkoba.”

Mulai dari RT sampai lembaga kementrian sudah disusupi narkoba.. bahkan pulau kosong dipakai untuk menyimpan narkoba. Ini fakta.”

Kesadaran kita untuk bela negara ini kecil sekali. Jiwa nasionalisme kita sangat turun. Kita akan mengalami ancaman besar kedepannya…”pengawasan kita masih sangat lemah.”

  1. Bagaimana dengan faham dan gerakan Radikalisme dan permissifme liberalisme?

Faham takfiri khawarij masih ada, namun yang lebih berbahaya dan yang lebih pesat perkembangannya adalah takfiri rafidhi, sebab bertaqiyyah dan terorganisir dengan rapi, dan didukung oleh sebuah negara. Bahkan tokoh-tokohnya, bukunya dan pengaruhnya sudah masuk ke dunia pendidikan Indonesia.

Juga yang lebih berbahaya lagi -khususnya di dunia pendidikan- adalah faham liberalisme dan pluralisme yang merontokkan sendi-sendi Islam dan juga Pancasila.

Lalu bagaimana dengan aliran sesat?

Menurut data MUI dan Kemenag, alirat sesat yang tercatat lebih dari 300 aliran. Masing-masing aliran berkembang dan terus berupaya meluluskan kader-kadernya. Bahkan aliran-aliran sesat yang baru terus bermunculan dan terungkap.

 

  1. Korupsi masih menggerogoti negeri

Hal yang ikut menyesakkan dada dalam situasi panas dan gersang seperti sekarang ini adalah berita yang tidak pernah ada habisnya soal korupsi.

Bahkan Saat ini masyarakat masih banyak yang belum mendapatkan KTP berbasis elektronik, dengan alasan blanko E-KTP habis, di sisi lain secara beramai-ramai sejumlah pihak mengkorupsi anggarannya. Konon Anggaran proyek e-KTP yang disepakati yaitu Rp 5,9 triliun. Dari anggaran itu, sebesar 51 persen atau Rp 2,662 triliun digunakan untuk belanja modal atau belanja riil pembiayaan proyek e-KTP. Sedangkan 49 persen atau sebesar Rp 2,558 triliun konon dibagi-bagi ke sejumlah pihak, termasuk anggota Komisi II DPR RI dan Badan Anggaran DPR RI.5

 

  1. Hutang negara kepada luar negeri terdengar ngeri dan di hati perih

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melansir utang pemerintah pusat mencapai Rp.3.589,12 triliun hingga akhir Februari 2017. Jumlah utang pemerintah itu tercatat tumbuh 12,28 persen dari Rp.3.196,61 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Di bulan Mei 2017 diumumkan resmi bahwa utang pemerintah meningkat lagi mencapai Rp.3.672,33 triliun. Di bulan Juni 2017 meningkat menjadi sebesar Rp 3.706,52 triliun 6

Sementara Bank Indonesia mencatat Utang Luar Negeri (ULN) pada Februari 2017 mencapai 321,7 miliar dolar AS atau setara Rp.4.269 triliun (kurs: Rp.13.300).7

Dari utang yang besar tersebut, pada 2018 utang yang jatuh tempo mencapai Rp.390 triliun dan pada tahun 2019 sekitar Rp.420 triliun. Jika dijumlah, sekitar Rp.810 triliun harus dibayarkan oleh negara kita di 2 tahun ke depan ini.8

Dari RAPBN 2018 yang dirilis Kementerian Keuangan per Rabu, 16 Agustus 2017, disebutkan :

  1. Anggaran Penerimaan Negara Rp 1.878,4 triliun yang didapat dari pajak Rp. 1.609,4 triliun (86%); penerimaan negara bukan pajak Rp 267,8 triliun. Selanjutnya hibah Rp 1,1 triliun.9

sumber daya alam (SDA) Migas Rp 77,2 triliun (4%) dan SDA nonMigas Rp 22,1 triliun (1%).

B. Sedangkan Anggaran Belanjanya: Belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.443,3 triliun terdiri dari belanja K/L sebesar Rp814,1 triliun dan belanja non-K/L Rp629,2 triliun. Belanja non-K/L itu terdiri dari pembayaran bunga utang Rp 247,6 triliun, subsidi energi Rp103,4 triliun, dan subsidi nonenergi Rp 69 triliun. dan defisit (minus) anggaran Rp 325,9 triliun.10

Sebagai bangsa Indonesia tentu kita prihatin, sebab:

1. Pendapatan negara 86 % dari pajak, 5 % dari SDA. Ini menunjukkan bahwa SDA kita yang melimpah tak bisa kita nikmati lagi hasilnya, hingga hanya bisa menyumbang 5% dari pendapatan negara.

2. Cicilan pembayaran hutang pokok + bunga: 629 T + 247 T. Menunjukkan bahwa negara kita dililit hutang yang sangat besar.

3. Defisit anggaran 326 T mengisyaratkan bahwa kedepan, untuk menutupi ini bakal ada dua kebijakan saja:

1. Tambah item pajak atau

2. Tambah hutang, dalam negeri maupun dari luar negeri, tentu dengan system riba

Adapun opsi 3 yaitu menambah pendapatan dari SDA (Sumber Daya Alam) sudah tidak mungkin, karena SDA itu sudah dikuasai asing dengan perjanjian yang mengikat untuk diperpanjang.11

Ini semua menambah menyesakkan dada dan sangat mengkhawatirkan, menjadi beban rakyat, juga akan berpengaruh pada dunia pendidikan.

Di sini, kita semakin khawatir manakala mengingat hadits Nabi i:

Apabila umatku menghalalkan 5 perkara maka mereka ditimpa kehancuran:

  1. Bila tampak saling melaknat (banyak laknat), 2) mereka meminum miras (termasuk narkoba), 3) mereka memakai sutera, 4) mereka menjadikan para penyanyi, 5) laki-laki cukup dengan jenis laki-laki dan perempuan dengan perempuan (LGBT).” (HR. Thabrani dan Baihaqi dihasankan Al-Albani, Shahih al-Targhib: no. 2386.

إذا اسْتَحلَّتْ أُمَّتي خمسًا فعليهِم الدَّمارُإذا ظهرَ التَّلاعُنُ، وشرِبوا الخمورَ،  ولبِسوا الحريرَ،  واتَّخذوا القِيانَ، واكتفَى الرِّجالُ بالرِّجالِ،  والنِّساءُ بالنِّساءِ.

Alhamdulillah, di tengah-tengah kondisi yang menguras keringat dan mengernyitkan dahi ini kita mewisuda para da’i dan roqi MAA serta qari` kecil Raudhah Ummi Arabil Qur`an (RUAQ). Tidak banyak memang, hanya 18 gelintir dari MAA dan 17 anak kecil dari RUAQ. Biasanya wisuda itu ratusan hingga ribuan, apalagi kalau dibanding dengan kebutuhan masyarakat kepada da’i dan roqi yang begitu besar. Namun, yang sedikit ini sangat bermakna dan berharga, seperti berharganya oase di gurun sahara bagi para musafir.

Ya, oase yang memberi kesejukan, keteduhan, kesegaran, kenyamanan, kehidupan dan harapan.


Bekal Apa yang kami berikan kepada alumni:

  1. Ijazah kertas: a) Ijazah MAA sesuai dengan jurusan: dakwah, tahfizh, ruqyah, b) ijazah sanad tajwid Tuhfatul Athfal, c) ijazah umum kitab-kitab hadits, kitab-kitab kuning fikih madzhab Syafii, dan Kitab-kitab Akidah Salaf, kitab-kitab tulisan saya, Ijazah khusus berkaitan dg yang dikhatamkan: untuk angkatan 1 dan 2 kitab: al wajiz fi Aqidah Ahlissunnah wal jamaah dan kita Mahasin al-Islam.

Saat ini- saya meriwayatkan dari 10 Syaikh Musnid dari Palestin, Yordan, Mesir, Saudi, Bukhara, Bahrain, Kuwait, Burma, Maghribi dan Muritania Afrika Barat.

  1. Bekal akidah, adab, bahasa Arab dan Ilmu-ilmu Islam.

  2. Bekal berbagai ketrampilan dan kecakapan kerja, serta pengalaman berorganisasi dan bersosial..

 

Dengan alumni yang masih sedikit ini, dan belum tinggi levelnya ini, kita sudah bisa berbuat kebaikan,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *