MBAH BUYUT “GARTAM” KETURUNAN KE-5 DARI PUNGGAWA MATARAM JOGJA (MBAH GROPAK SENTHE TARUP)

 

Oleh: Agus Hasan Bashori bin Nur Fathonah binti Bukhari bin Gartam

Pada tanggal 14 Maret 2017 kami berkunjung ke rumah Pakdhe Munojo bin Jayadi Bin Gartam di Korjo, yang biasa kami panggil Man Jo . Kami sengaja ingin mendengarkan ceritanya tentang adik kakeknya, yaitu kakek kami Kyai Bukhori bin Gartam rahimahumallah, adik dari Jayadi bin Gartam rahimahumallah.

Waktu Man Munojo cerita, disaksikan oleh seluruh rombongan Bani Komari, aku menulis di Hape, tapi sayang baru sempat ngedit tanggal 19 Agustus 2019, Jadi ada cerita yang tidak nyambung atau salah ketik otomatis.

Beliau menuturkan:

Sabariyah (Istri Pak Topo, yang tinggal di Ledok Bangil punya anak: Budhe Sofi, Rabi’ah, Majid (tidak menikah)). Sabariyah itu tunggal ibu beda Bapak dengan Man Bukhari.

Di Bangil sekarang ada Cak Ihsan (IhSan bin Sulhah)

Sajad binti Urifah binti Syabariyah, wafat 4 tahun lalu punya anak satu (Saiful?)

Ratna, Athok dan Udik.

Jadi anak Mbah Buyut Gartam yang sekandung itu ada 4: Sumiyah, Jannah, Jayadi, Muhammad Bukhari[1].

Buyut Gartam, Man Munojo tidak menjumpai masanya. Katanya, sebelum tinggal di korjo, beliau ada di Donganti, dekat masjid.

“Sarikatun istri Buyut Gartam itu asli korjo, pinter mbatik.

Ibuku Nihaya, dan Bapakku Jayadi, itu masing-masing dari Kerajaan Mataram.” Kata Man Munojo

“Ibu Nihaya dari Pandaan, ketemu Bapak Jayadi. Sama-sama dari Mataram.

Buyut Gartam, dari Mataram, Keturunan Punggowo Mataram Jogja bukan Surakarta.

Iki Cerita dari keris Mataram yang isinya adalah nasab, silsilah nasab kita, dan Pesan-pesan keluarga.

Mbah Gropak Senthe Taram atau Tarum, atau Tarup itu adalah Punggowo, Mbah dari Mataram Jogja. Beliau berjalan terus kea rah timur hingga tandanya jatuh di Pandaan maka beliau tinggal di Pandaan. Ini terjadi ketika Pangeran Diponegoro (putra sulung Hamengkubuwono III, raja Mataram di Yogyakarta) ditangkap 28 Maret 1830.

Mbah Buyut Asy’ari (Ibu Nihaya binti Tasyriah binti Asy’ari), berasal dari keturunan Raden Suwarno Mataram.

Nama Munojo itu berasal dari Keris yang dipegang oleh Mbah Asy’ari. Sekarang keris itu ada pada saya (Munojo), sebelumya dipegang pak Jayadi bin Gartam.”

Munojo adalah turunan ke-7 dari Punggawa Mataram (Sayang Man Munojo tidak punya dokumen silsilah) (Berarti saya Agus Hasan Bashori adalah keturunan ke-8 dari Mbah Goprah Senthe Tarup).

Makam Mbah Buyut Gartam ini ada di pemakaman keluarga Bani Gartam di Gumuk Gong Korjo. Lalu Kuburan Mbah Tatap (Tarup) ini dimana? Saya tidak tahu, tapi saya pernah berminmpi kalau makam beliau ada di utara makam bapak Jayadi. Beliau punya anak 4.

Pakde Munojo melanjutkan:

“Man Bukhori dulu itu rumahnya yang di Donganti terbakar. Di tubuhnya ada tanda bekas kebakar itu. Waktu itu Aku (Munojo) Masih kecil TK.

Di desa Donganti itu family kita semua. Di Tahun 1980 hanya ada 3 orang yang bukan famili.

Mbah Sarikatun itu yang asli korjo.

Solihin ada di Donganti

Mudin, bin Ahmad bin Jannah, Mendoan sama aku

H. Solihin seorang tokoh. Mbokwah Jannah tinggal di Donganti.

Di Mendalan ada H. shohih , dan Ghofur bin shoheh yang punya pabrik penggilingan padi.

Bokwak Janna dan Sumiyah wafat saat aku masih di bangku SD.

Man Bukhori itu orangnya “Akas” (rajin). Kalau diundang sangat memperhatikan. Dia berganti baju sambil berjalan. Waktu itu aku umur 3 .5 tahun.

Aku nakal, kalau Man Bukhori Diundang kenduri aku ikut. Umurku 4 tahun. Man Bu yang membungkuskan berkat (nempelangno asahan) untuk aku bawa pulang.

Man Bu itu kulitnya Putih, dan wajahnya bulat. Sementara kalau kakaknya, Jayadi itu berkulit hitam.

Man Bukhari itu brewok (bercambang dan berjenggot) koyok Yasir Arafat. Kalau Probosutejo itu seperti Jayadi. Keduanya (Jayadi dan Bukhori) sangat penyabar, Ahli tirakat!” Rahimahumallah.

Man Bukhari itu guru ngaji. Santri beliau:

Dari Jonggan: Kasti. Asmuji. Rohim.

Dari Korame Sanusi (ayah Ustadz Ridwan Sanusi)

Man Bu iku ikut ABOGE, Riyoyo Aboge, orang lain berhari raya, beliau masih puasa, namun beliau membuka pintu rumahnya untuk para tamu hari raya. Tidak ada orang tahu kalau beliau masih puasa.

Man Bukhari itu seorang pejuang kemerdekaan. Dulu Bek lik Jaenab binti Bukhari (adiknya ibu Nur Fathonah) itu mengurus pensiunannya Man Bukhari (dia seorang seorang Veteran), namun sayang orang Jogonalan  yang mengambil pansiunan Man Bu.

Sebenarnya ada yang ahli nasab yaitu H. Sholih, seandainya bertemu beliau bagus.”

** Demikian transkrip penuturan Pakde Munojo bi Jayadi bin Gartam. Rahimahumullah wa ghafara lahum. Aamiin. (diedit Rabu 16 Juli 2020)

Baca:

http://www.agushasanbashori.com/kisah-yai-bukhori-yang-penyabar/

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10210914403309611&id=1038692457

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10218570650591008&id=1038692457

https://www.agushasanbashori.com/aku-keturunan-bani-kertiwono%d8%8c-dari-mbah-khumayyah-sepupu-kh-imron-rosyadi-qori-sukorejo-terkenal/

  1. http://www.agushasanbashori.com/kisah-yai-bukhori-yang-penyabar/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *