Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Dr. KH. Agus Hasan Bashori Lc. M.Ag
(Penulis 2 Buku tentang Rohingya, dan Relawan Yang Pernah Masuk wilayah Arakan di awal 2017)
Genosida terhadap Rohingya dan kurangnya respon dunia
Pembantaian terhadap bangsa muslim Rohingya di Maungdaw Arakan (Rakhine) kembali dilakukan oleh militer Myanmar dan umat Budha di Maungdaw pada hari Kamis 24 Agustus 2017 lalu, dan dunia kembali menontonnya setelah genosida episode Nopember 2016 lalu.
Bangsa Rohingya yang merupakan etnis pribumi negeri Arakan (yang kemudian diubah oleh pemerintah Myanmar menjadi Rakhine) mengalami penindasan dan penjajahan sejak tahun 1784 M. Mereka mengalami pembantaian berpuluh-puluh kali banyaknya, tanpa ada yang bisa mengentikannya sampai hari ini.
Menurut keadilan, kearifan dan prinsip kemanusiaan dunia seharusnya sudah ada pasukan perdamaian PBB yang dikirim ke sana untuk mencegah tindak kebiadaban ini berulang kesekian kali. Pemerintah Aung San Suu Kyi peraih hadiah Nobel Perdamaian ternyata tunduk atau takut kepada militer Myanmar, tidak mampu untuk menciptakan perdamaian dan melindungi etnis yang paling tertindas di dunia itu. Bahkan Aung San Suu Kyi sendiri telah ikut andil terhadap penindasan itu, saat dia memperingatkan PBB agar tidak menggunakan istilah Rohingya untuk menyebut etnis pribumi yang 100% muslim tersebut.
Banyak pihak yang sudah memperingatkan akan terjadinya pembersihan etnis Rohingya ini sejak kerusuhan tahun 2012, dimana pasukan Myanmar yang didukung pemerintah sejak pertengahan 2011 hingga hari ini “tanpa henti dengan darah dingin” melakukan operasi pembersihan etnis terhadap muslim Rohingya, dan organisasi dunia “tidak melakukan penghentian” hingga hari ini.
Pemerintah Myanmar berusaha mendapatkan dukungan dunia dengan menyebarkan issu bahwa dirinya sedang melawan teroris dan kaum radikalis. Dan issu ini laris manis, banyak yang mudah percaya, banyak orang yang tidak mau melihat masalah secara utuh apalagi masalah itu sudah berlangsung lama, hampir 2,5 abad lamanya. Orang tidak melihat sebab, melainkan akibatnya yang dihembuskan sebagai akar masalah. Perlawanan kaum tertindas yang terjepit dijadikan akar masalah, maka digambarkan “perlawanan sebagian etnis Rohingya yang sudah tidak tahan terhadap kezhaliman penjajah Burma” diekspos oleh Pemerintah Myanmar sebagai sebab masalah, sehingga mereka disebut sebagai teroris, sementara penjajahan dan genosida dilegalkan atas nama perang melawan teroris. Pemerintah Myanmarlah yang melakukan penindasan, penangkapan, penggeledahan, penangkapan, pemerkosaan, kemudian pembantaian, penghangusan dan pengusiran. Sehingga kondisi yang penuh tekanan inilah yang menyebabkan ledakan perlawanan sebisanya. Ini adalah hal yang lumrah dan alami.
Masyarakat dunia sampai saat ini masih teledor terhadap kebiadaban dan kejahatan kemanusian terhadap Rohingya ini. Protes dan kutukan selama ini tidak membuahkan hasil apakah bersama pemerintah militer Burma yang dulu atau pemerintah sipil yang sekarang pimpinan Aung San Suu Kyi yang takut atau tunduk kepada militer.
Begitu pula aksi beberapa negara yang hanya memberikan bantuan kemanusian ke dalam wilayah Arakan untuk korban genosida yang terdahulu, itupun juga tidak merata, tidak cukup dan tidak sampai kepada manusia Rohingya yang terkepung di dalam Arakan atau di kampong atau di kamp-kamp pengusiran atau pengungsian. Padahal kenyataannya etnis Rohingya memerlukan dukungan politik yang kuat yang bisa menggerakkan PBB untuk mengeluarkan resolusi yang mewajibkan pemerintah Myanmar untuk mencabut undang-undang Myanmar tahun 1982 yang mencabut kewarganegaraan etnis Rohingya. Inilah penjajahan dan genosida yang dilegalkan dengan undang-undang. Maka undang-undang lalim ini harus dicabut, untuk menghentikan pembantaian yang dilakukan oleh tentara Myanmar, dan penduduk pribumi Rohingya diberikan haknya sebagai warga negara yang sah.
Jadi diantara kewajiban negara-negara Islam dan Arab saat ini adalah menekan PBB agar masyarakat dunia khususnya Dewan Keamanan PBB untuk mengirimkan pasukan perdaiman untuk mencegah berlangsungnya pembantaian seperti ini dan menjaga perdamaian di Arakan agar etnis Rohingya bisa hidup layaknya manusia lain.
Kondisi di Arakan sekarang sangat buruk, mengenaskan.
Banyak keluarga Rohingya lari menyelamatkan diri ke hutan dan gunung di saat musim hujan dan angin dingin melanda wilayah itu. Di antara mereka ada lansia, wanita dan anak-anak, tanpa air, dan tanpa makan. Beberapa bukti video yang beredar menunjukkan kondisi kemanusiaan yang memilukan. La hawla wala quwwata illa billah.
Menurut laporan Persatuan Ulama Islam Duni (al-Ittihad al-‘Alami Li Ulama al-Muslimin), Dalam seminggu terakhir ini jumlah syahid insyaallah sekitar 3.000 syahid, dan yang terusir dari rumahnya berjumlah 50.000 jiwa, yang sekarang ada di hutan, gunung atau di daerah perbatasan antara Arakan dan Bangladesh. Itu semua selain puluhan desa yang dibakar sejak Oktober 2016, puluhan ribu syahid, dan ribuan wanita muslimah yang diperkosa, dan lebih dari 200.000 muslim yang diusir dari rumah dan desa mereka.
Catatan genosida sejak kudeta militer tahun 1962
Dalam wawancaranya dengan Persatuan Ulama Islam Dunia, seorang aktivis asal Rohingya Atha` Nur al-Islam al-Arakani, direktur Televisi Satelit R-Vision (Rohingya Vision, membeberkan catatan hitam pemerintah Burma/Myanmar dalam membantai Muslim Rohingya, yang semuanya terekam dengan dokumentasi yang lengkap di pusat pengkajian dan pengembangan Rohingya. Daftar berikut adalah sebagian dari kejahatan Burma terhadap Muslim Rohingya:
Para pembaca yang budiman, sejak kapan tragedy kemanusian ini dialamai oleh Bangsa Rohingya?
Ini sejak kesultanan Islam Rohingya di Arakan yang berumur 354 tahun itu dijajah oleh Kerajaan Budha dari Burma pada tahun 1784 M, Sejak saat itu Arakan menjadi bagian dari wilayah jajahan Burma. Meskipun mereka terjajah namun hak-hak asasi dasar mereka masih mereka dapatkan, hingga setelah kudeta militer tahun 1962. Kondisi ini mencapai puncaknya pada yahun 1982 saat kewarganegaraan Muslim Rohingya dicabut melalui undang-undang kewarganegaraan 1982, dan mereka dipaksa untuk mengaku sebagai Imigran gelap Bangladesh bukan sebagai etnis Rohingya.
Inilah tragedy kemanusian yang dialami oleh suatu bangsa yang tidak ada duanya di dunia. Sangat kejam dan biadab, namun dunia seolah dan merestui “membiarkan” sampai hari ini. hanya beberapa negara Islam yang berteriak kemudian diam.
Akankah kita sebagai umat Islam dan bangsa Indonesia yang menjadi tetangga Rohingya diam menonton saja? Atau sekali teriak, atau tidak melakukan tindakan nyata?
Allah pasti akan menanyai kita di akhirat kelak.
Berikut sebagian foto operasi militer Myanmar juga kaum ektrimis Budha.
Kemudian para pengungsi Rohingya hingga di hutan atau perbatasan dengan Bangladesh.
Kami tidak tega memuat korban pembunuhan, pembantaian dan pembakaran muslim Rohingya kecuali 1foto sebagai bukti pembakaran muslim:
Muslim dalam jumlah besar menjadi arang karena dibakar
Maka untuk pertama kalinya, -wallahu a’lam- sejak Islam masuk Arakan 20 abad yang lalu hingga hari ini, ini adalah tahun di mana umat Islam Rohingya di Mangdaw tidak bisa merayakan Hari Raya Idul Adha, karena sibuk menghadapi serangan tanpa belas kasihan dari militer dan Pemerintah Myanmar dan ekstrimis Budha.
Saudaraku, jangan berpangku tangan, minimal panjatkan doa qunut nazilah atau doa di luar shalat untuk kebaikan muslim Rohingya dan untuk keadilan Allah terhadap penindas mereka, dan bersuaralah untuk menolong mereka, membela hak-hak mereka. Sungguh saya salut kepada Bapak dr. Anies Baswedan Gubernur terpilih untuk DKI yang menyerukan:
Juga salut kepada MUI, GNPF, NU, Muhammadiyah, PULDAPII, Hidayatullah, DPR dan parpol Islam dan semua pihak yang berteriak menyuarakan hak etnis Rohingya dan mendesak Pemerintah untuk melakukan tindakan nyata demi menghentikan genosida ini, serta mendesak ASEAN, OKI, PBB untuk turun tangan memberikan dukungan nyata secara politik bagi etnis tertindas Rohingya.
Semoga semua orang yang membela Muslim terjajah di Myanmar dirahmati dan ditinggikan derajatnya oleh Allah.
Sumber:
Buku Rohingya Bangsa yang terjajah; Sejarah Tragedi Kemanusiaan terburuk di dunia, oleh penulis sendiri.
Buku Rohingya; Sejarah Kesultanan Arakkan yang Terjajah, oleh Penulis (segera terbit)
Koresponden di Burma, Malaysia dan Saudi Arabia
https://www.facebook.com/agus.hasanb
http://penjagaislamiyah.blogspot.co.id/2016/11/muhammadiyah-pak-jokowi-usir-dubes.html
http://hidayatullah.or.id/read/berita-utama/2017/08/30/siaran-pers-dpp-hidayatullah-tentang-kejahatan-rezim-militer-budha-myanmar-atas-muslimin-rohingya/
https://nasional.tempo.co/read/news/2017/09/02/173905325/nu-dan-muhammadiyah-desak-pbb-hentikan-krisis-rohingya
http://iumsonline.org/ar/2/nsht-arkny-yodh-khlfy-lhml-lgdyd-dd-lrohngy/
http://www.rna-press.com/ar/news/31569.html
http://www.rvisiontv.com/arabic/ النظام-البورمي-يحصد-أرواح-الروهنغيا-م/