Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Yakin adalah karakter inti yang diperlukan dalam diri seorang pemimpin. Pemimpin yang tidak memiliki karakter yakin tidak bisa diharapkan. Dia tidak akan bisa menegakkan keadilan, tidak bisa menolong orang yang lemah, tidak bisa mempertahankan kehormatan bangsa, tidak bisa memiliki kewibawaan, dan tidak akan mendapatkan pertolongan dari Allah .
Oleh karena itu, dalam Islam orang yang memiliki karakter yakin ini adalah orang-orang yang memiliki keistimewaan, bisa berbuat banyak dalam segala keadaan. Dia manusia tetapi berbeda dengan kebanyakan manusia.
Kalau kita merenungkan al-Qur`an saja, tanpa mendalami kitab-kitab hadits dan sejarah Islam, minimal ada 10 sifat yang dimiliki oleh sosok pribadi dan pemimpin yang berkarakter yakin, yaitu:
Orang yang yakin adalah orang yang beriman dengan hari akhir, hari kebangkitan, hisab, surga dan neraka. Oleh karena itu orang yang yakin tidak takut mati, bahkan bersemangat mencari mati syahid di jalan Allah seperti ahli dunia bersemangat mencari hidup.
Umair ibn al-Humam al-Anshari t, pada waktu perang Badar berkata kepada Nabi i: “Wahai Rasulullah, surga yang luasnya seluas langit dan bumi?” Rasul i menjawab: “Benar.” Maka dia berkata: “Bakh, Bakh.” Rasulullah i bertanya: “Mengapa kamu mengatakan: bakh, bakh?” Dia menjawab: “Demi Allah, ya Rasulallah, saya tidak mengucapkannya kecuali berharap ingin menjadi penghuninya.” Maka Rasulullah i mengatakan: “Kamu termasuk penghuni surga.” Maka dia mengeluarkan beberapa biji kurma dari wadahnya lalu memakan sebagiannya, kemudian berkata:
: لَئِنْ أَنَا حَيِيتُ حَتَّى آكُلَ تَمَرَاتِي هَذِهِ إِنَّهَا لَحَيَاةٌ طَوِيلَةٌ
“Kalau saya hidup hingga memakan kurma-kurmaku ini niscaya ia adalah kehidupan yang lama.”
Dia berkata: “Maka dia melemparkan kurma-kurma yang ada padanya, kemudian memerangi mereka hingga terbunuh.” Rahimahullah rahmatan wasi’ah. (HR. Muslim: 4950, Ahmad: 12425)
Orang yang yakin banyak berinfaq di jalan Allah tidak takut melarat atau diancam embargo sekalipun. Orang yang yakin bersemangat untuk bersedekah dan menolong orang lain sebagaimana ahli riba bersemangat mencari keuntungan walaupun terhadap orang susah.
Berkumpullah Hudzaifah al-Mar’isyi, Sulaiman al-Khawwash dan Yusuf Asbath. Mereka berdiskusi tentang al-Faqr (kemelaratan) dan al-Ghina (kekayaan), sementara Sulaiman terdiam. Sebagian mereka berkata: “Kaya itu adalah orang yang memiliki rumah yang menaunginya, pakaian yang menutupinya dan makanan yang mencukupinya dari kelebihan dunia.” Sebagian berkata: “Kaya adalah orang yang tidak membutuhkan kepada manusia.” Maka dikatakan kepada Sulaiman: “Apa yang engkau katakana, wahai Abu Ayyub?” Maka ia menangis kemudian berkata:
رَأَيْتُ جَوَامِعَ الْغِنَى فِي التَّوَكُّلِ، وَرَأَيْتُ جَوَامِعَ الشَّرِّ مِنَ الْقُنُوطِ. وَالْغَنِيُّ حَقَّ الْغِنَى مَنْ أَسْكَنَ اللَّهُ قَلْبَهُ مِنْ غِنَاهُ يَقِينًا، وَمِنْ مَعْرِفَتِهِ تَوَكُّلًا، وَمِنْ عَطَايَاهُ وَقَسْمِهِ رِضًى، فَذَاكَ الْغَنِيُّ حَقَّ الْغِنَى وَإِنْ أَمْسَى طَاوِيًا وَأَصْبَحَ مُعْوِزًا
“Saya melihat simpul kekayaan itu ada pada tawakkal. Dan saya melihat simpul keburukan ada pada putus asa. Kaya yang sejati adalah orang yang ditempatkan di hatinya oleh Allah, dari kecukupan-Nya berupa keyakinan, dan dari ma’rifat kepada-Nya berupa tawakkal, dari pemberian-Nya dan pembagian-Nya berupa ridha. Itulah orang kaya yang sejati, meskipun ia di sore hari dalam keadaan perut kempes dan di pagi hari kesulitan.” (Ibn Abi al-Dunya, al-Yaqin, 79)
Kebenaran bagi ahli yakin adalah jelas dan gamblang, sehingga dia tidak bersikap ambigu atau plin-plan dan tidak bersifat munafik, dan tidak perlu menjilat kepada yang lebih berkuasa dari dirinya.
Ia akan mementingkan pembangunan kepribadian sebelum pembangunan gedung. Ia akan membangun jiwa dan raga bangsa. Ia akan menguatkan adab Islam, mengembangkan dakwah Islam, pendidikan Islam, ekonomi Syari’ah, sertifikasi halal, pariwisata halal, dan budaya-budaya yang positif yang sejalan dengan nilai ketauhidan dan keislaman. Ia akan bersemangat melakukan berbagai macam penelitian ilmiah, dan sejarah penyebaran hidayah.
Bahkan, walaupun tidak memiliki jabatan, orang yang berkarakter yakin akan melakukan amar ma’ruf nahi anil munkar terhadap pemimpin zhalim sekalipun. Sebagaimana sabda Rasulullah i: “Sebaik-baik jihad adalah kalimat yang benar di hadapan penguasa zhalim.” (HR. Abu Daud).
Pribadi yang berkarakter yakin pasti beriman bahwa al-Qur`an ini adalah kitab suci dari Allah yang seluruh ayat-ayatnya adalah haq, seluruh janji dan ancamannya adalah haq, beritanya adalah benar dan hukumnya adalah sempurna.
Ahli yakin senantiasa berfikir tentang ciptaan-ciptaan Allah di langit dan di bumi, dan mengembangkan ilmu sains yang diperlukan dan bermanfaat dalam memakmurkan bumi dan memenuhi hajat manusia. Pribadi yang yakin akan memuliakan ulama dan menghargai ilmuwan.
Pemimpin yang berkarakter yakin akan melakukan upaya-upaya dan ikhtiyar maksimal selain tetap bertawakkal kepada Allah . Pemimpin yang berkarakter yakin senantiasa memberikan harapan dan optimisme kepada rakyat yang dipimpinnya, walau dalam keadaan gawat sekalipun.
Ketika Khalid ibn Walid t singgah di Kota Hirah, pada Ummu Bani Marazibah, ia diperingatkan agar waspada terhadap racun yang sangat mungkin diberikan oleh orang-orang ajam dalam minumannya, maka dengan penuh keyakinan dan keimanan, Khalid berkata: “Bawa kemari minumannya.” Maka iapun mengambilnya dan berkata, “Bismillah,” laLu meminumnya. Maka racun itupun tidak berpengaruh padanya.
Maka Imam Dzahabi mengomentari kejadian ini dengan mengatakan:
هَذِهِ وَاللهِ الكَرَامَةُ وَهَذِهِ الشَّجَاعَةُ.
“Demi Allah ini adalah karomah, dan ini adalah keberanian.” (Siyar A’lam al-Nubala’: 1/376). Demikianlah, dengan keyakinan dan bismillah Kholid bisa menawarkan racun dalam minuman dengan izin Allah!
Orang yang berkarakter yakin akan memiliki jiwa yang kokoh, tangguh, mantap, syukur, sabar, dan sikap positif.
Ibnu Mas’ud t berkata:
الرِّضَا أَنْ لَا تُرْضِيَ النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ، وَلَا تَحْمَدَ أَحَدًا عَلَى رِزْقِ اللهِ، وَلَا تَلُمْ أَحَدًا عَلَى مَا لَمْ يُؤْتِكَ اللهُ، فَإِنَّ الرِّزْقَ لَا يَسُوقُهُ حِرْصُ حَرِيصٍ، وَلَا يَرُدُّهُ كَرَاهِيَةُ كَارِهٍ، وَاللهُ بِقِسْطِهِ وَعِلْمِهِ جَعَلَ الرَّوْحَ وَالْفَرَحَ فِي الْيَقِينِ وَالرِّضَا، وَجَعَلَ الْهَمَّ وَالْحُزْنَ فِي الشَّكِّ وَالسَّخَطِ
“Ridha adalah engkau tidak mencari kerelaan manusia dengan cara mengundang kemurkaan Allah, engkau tidak memuji seseorang atas rizki yang diberikan oleh Allah, tidak mencela seseorang atas apa yang tidak diberikan kepadamu oleh Allah. sesungguhnya rizki itu tidak bisa diseret oleh ambisinya orang yang berambisi, dan tidak bisa ditolak oleh kebencian orang yang benci. Allah dengan keadilan dan ilmu-Nya menjadikan rahmat dan kegembiraan ada dalam yakin dan ridha, dan menjadikan resah (gusar) dan susah ada dalam keragu-raguan dan ketidakrelaan kepada Allah.” (Baihaqi, Syu’abul Iman, 1/384)
Hasan ibn Ali d berkata:
مَنِ اتَّكل عَلَى حُسْنِ اخْتيَارِ اللهِ لَهُ لَمْ يتمَّن شَيْئاً
“Barangsiapa bersandar kepada bagusnya pilihan Allah baginya, maka dia tidak berharap apapun.” (al-Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubala’, 4/337).
Orang yang berkarakter yakin akan selamat dari tindak korupsi, manipulasi, pengkhianatan dan perbuatan merusak lainnya. Karena ia yakin dengan kematian dan hisab, maka dia tidak perlu pengawasan polisi atau KPK. Ia akan berhati-hati karena bersiap-siap menghadapi mahkamah yang lebih besar dan lebih hebat, yaitu hisab atas segala perbuatan yang besar maupun kecil di hari makhsyar di hadapan Allah .
Ini adalah hasil dari keyakinannya bahwa ia sedang dan selalu menghadap kepada Tuhan yang menyayangi hamba-Nya, memenuhi hajatnya dan mengampuni dosa-dosa. Inilah di antara yang menjadikan hamba yang berkarakter yakin bisa istiqamah.
Hasan (Bashri) rahmahullah berkata:
مَا أَيْقَنَ عَبْدٌ بِالْجَنَّةِ وَالنَّارِ حَقَّ يَقِينِهِمَا إِلَّا خَشَعَ وَوَجِلَ، وَذَلَّ وَاسْتَقَامَ، وَاقْتَصَرَ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْمَوْتُ
“Tidaklah seorang hamba yakin dengan surga dan neraka dengan sebenar-benar yakin kepada keduanya, kecuali ia pasti khusyu’ dan takut, merendah, istiqamah, dan zuhud, hingga kematian menjemputnya.” (Ibn Abi al-Dunya, al-Yaqin, 97).
Semoga dengan makalah ini kita semakin faham bahwa kita ini mengalami krisis kepemimpinan, terutama pemimpin yang berkarakter yakin.
Akhirnya, mari kita berdoa agar kita menjadi ahli al-yaqin:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ تَوْفِيْقَ أَهْلِ الْهُدَى، وَأَعْمَالَ أَهْلِ الْيَقِيْنِ، وَمُنَاصَحَةَ أَهْلِ التَّوْبَةِ، وَعَزْمَ أَهْلِ الصَّبْرِ، وَجِدَّ أَهْلِ الْخَشْيَةِ، وَطَلَبَةَ أَهْلِ الرَّغْبَةِ، وَتَعَبُّدَ أَهْلِ الْوَرَعِ وَعِرْفَانَ أَهْلِ الْعِلْمِ.[*]