Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Enam tahun lalu, tepatnya hari Rabu 11 Ramadhan 1433 H/1 Agustus 2012 saya menyampaikan ceramah ilmiah di hadapan keluarga besar ICMI di RM Prof. Ir. Sukoso. M.Sc. PhD (Ruko Mitra Bahari – Puri Syafira/ depan RM Mojorejo Jl. Raya Pendem Batu. Dalam acara ceramah yang dirangkai dengan buka puasa bersama itu saya memotivasi para Pengurus dan Anggota ICMI Malang Raya untuk meningkatkan keilmuan dan kiprahnya melalui ICMI.
Berikut ini adalah makalah yang saya sampaikan dalam acara tersebut:
Cendekiawan Muslim
Cendekiawan muslim atau muslim yang cerdik pandai itu bisa disebut sebagai ulul albab (orang yang punya hati), ulul abshar (orang yang punya pandangan)1, ulun Nuha (orang yang punya nalar yang bisa mencegah dari sikap lalai dan masa bodoh)2, ulul afham (orang yang punya pemahaman), ulul uqul (orang yang punya akal).
Allah telah menyebut mereka di dalam al-Qur`an dengan istilah ulul albab sebanyak 16 kali.
Albab adalah jamak dari Lubb yaitu akal, atau akal yang bersih atau sehat yang menjadi inti manusia. Imam al-Hafizh Ibnu Hibban al-Busti (354 H) dalam kitabnya Rawdhah al-‘uqala` wa Nuzhah al-Fudhala` halaman 12 mengatakan: “al-Aql adalah istilah untuk ma’rifat terhadap suluk yang benar, dan ilmu menghindari kesalahan.”
Karena itu jika seseorang berbuat kesalahan yang tidak logis, atau memilih pilihan yang tidak rasional, atau menghukumi dengan rancu, maka ditegur oleh Allah dengan ungkapan: “Apakah kamu tidak berakal?” Misalnya:
– orang yang memerintah orang lain untuk berbuat baik sementara ia melupakan dirinya sendiri (al-Baqarah: 44)
– orang yahudi yang mengklaim bahwa Nabi Ibrahim adalah yahudi dan orang nasrani yang mengklaim bahwa Ibrahim adalah nasrani, sementara Nabi Ibrahim jauh sebelum mereka, tidak tahu menahu tentang yahudiyyah dan nasraniyyah. Nabi Ibrahim seribu tahun sebelum Musa, dan dua ribu tahun sebelum Isa, maka bagaimana mungkin Nabi Ibrahim mengikut Musa dan Isa? (Ali Imran: 65)
– orang yang memilih dunia mengalahkan akhirat, sementara dunia ini hanyalah permainan dan kesia-siaan sedangkan akhirat lebih baik dan kekal (al-An’am: 32; al-Qashash: 60)
– orang yang memusuhi Nabi Hud yang mengajarkan tauhid dan mereka tetap memilih kesyirikan (Hud: 51)
– orang yang tetap menyembah patung meskipun tidak bisa bicara, tidak mendatangkan manfaat dan tidak bisa menolak marabahaya dari dirinya sendiri (al-Anbiya`: 66-67)
– orang yang menyamakan antara muslim dan kafir ditegur oleh Allah: مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ “Kenapa kamu ini, bagaimana kamu menghukumi?” artinya: apakah kamu tidak menggunakan akalmu? (al-Qalam: 35-36), dan lain sebagainya.
Allah berfirman:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (44) البقرة
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (65) آل عمران
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (32) الأنعام
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى أَفَلَا تَعْقِلُونَ (60) القصاص
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا مُفْتَرُونَ (50) يَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى الَّذِي فَطَرَنِي أَفَلَا تَعْقِلُونَ (51)هود
أَفَلا تَعْقِلُونَ: أفلا تستعملون عقولكم فتعرفوا المحق من المبطل والصواب من الخطأ.
لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (10) الأنبياء
لَقَدْ أَنْزَلْنا إِلَيْكُمْ يا قريش كِتاباً يعني القرآن. فِيهِ ذِكْرُكُمْ: صيتكم كقوله وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ أو موعظتكم أو ما تطلبون به حسن الذكر من مكارم الأخلاق. أَفَلا تَعْقِلُونَ فتؤمنون؟.
قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ (62) قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ (63) فَرَجَعُوا إِلَى أَنْفُسِهِمْ فَقَالُوا إِنَّكُمْ أَنْتُمُ الظَّالِمُونَ (64) ثُمَّ نُكِسُوا عَلَى رُءُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَؤُلَاءِ يَنْطِقُونَ (65) قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ (66) أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (67) الأنبياء
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ (21) إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ (22) وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لَأَسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ (23) الأنفال
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ (34) أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ (35) مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ (36) القلم
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ عِنْدَ رَبِّهِمْ: أي في الآخرة، أو في جوار القدس. جَنَّاتِ النَّعِيمِ جنات ليس فيها إلا التنعم الخالص.
أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ: إنكار لقول الكفرة، فإنهم كانوا يقولون: إن صح أنا نبعث كما يزعم محمد ومن معه لم يفضلونا بل نكون أحسن حالاً منهم كما نحن عليه في الدنيا.
مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ: التفات فيه تعجب من حكمهم واستبعاد له، وإشعار بأنه صادر من اختلال فكر واعوجاج رأي.
Tentang akal adalah lubb (inti manusia) maka ibnul Mubarak ditanya: Apa anugerah terbaik yang diberikan kepada seseorang? Dia menjawab: gharizah ‘aql (banyaknya akal). Ditanyakan: Kalau tidak ada? Maka dia menjawab: Adab yang baik. Ditanyakan: kalau tidak ada? Dia menjawab: Saudara yang shalih bisa dimintai pendapat. Dikatakan: Jika tidak ada? Dia menjawab: Tidak banyak bicara. Ditanyakan: Kalau tidak ada? Maka dia jawab: Mati segera.” (hal. 13).
Siapakah sejatinya ulul albab ini?
Apakah ulul albab ini hanya para sahabat, tabi’iin dan para ulama mufassir ataukah setiap manusia berakal yang merenungi ayat-ayat Allah?
Jawab: Para ulama telah berijma’ bahwa yang diwajibkan adalah qira`ah tadabbur, membaca dengan merenung, berfikir dan mengambil pelajaran. Yang bisa melaksanakan ini adalah ulul albab sebagaimana firma Allah dalam surat al-Ra’d: 19 dan al-Zumar: 9:
“إنَّما يتذكَّر أولوا الألباب”
Ulul albab adalah ahl al-uqul al-kabirah, ahl bashair al-‘aqliyyah al-mutafattihah yang mengontrol diri mereka dalam bingkai akal sehat.
Ulul albab adalah mereka yang hati dan akal pikirannya bersinar dengan cahaya Allah, bergerak maju mengikuti jalan lurus yang berawal dari Allah dan berakhir kepada Allah. Mereka adalah para sahabat dan para pengikutnya yang baik sampai hari kiamat.
Apa tujuan utama dari tema ulul albab ini?
Tujuannya adalah:
Mengingatkan peran akal dan kedudukannya di dalam Islam serta kedudukan ulul albab (cendekiawan muslim) di dalam al-Qur`an dengan menegaskan keterbatasan akal dalam menghadapi ghaibiyyat dan menunjukkan perannya yang utama.
Untuk mengingatkan kita agar bertafakkur dan tadabbur terhadap mu’jizat Allah dan ciptaan Allah berupa kesesuaian akal, pikiran, dan indahnya hubungan penciptaan yang sempurna dan yang mencengangkan, yang mana orang majnun yang tidak berakal tidak mungkin memikirkan perkara-perkara ini.
Meningkatkan iman dan memperdalam ilmu yang bermanfaat sebab Ulul albab adalah mereka yang yang mampu mengenal Allah Pencipta mereka melalui penciptaan mereka dan semesta.
Ibnu Amir berkata: Saya katakan kepada Atha` bin Abi Rabah: Wahai abu Muhammad, apa hal terbaik yang dianugerahkan kepada hamba? Dia menjawab: al-‘Aql ‘anillah (yaitu mengenal Allah) (Rawdhah al-Uqala`, halaman 14)
Mengingatkan bahwa Iman tidak bertolak belakan dengan ilmu kauni (sains), justru semakin tinggi ilmunya seharusnya semakin menguat imannya, karena keagungan Allah bisa dilihat dari kehebatan makhluk-Nya.
Agar hidup kita sesuai dengan tujuan penciptaannya; zuhud di dunia, membangun akhiratnya.
Ulul albab dalam kitab Allah adalah mereka yang menganali hakekat dunia dan hakekat akhirat dengan sebenarnya.
Ketika Imam al Syafi’I ditanya: Wahai Imam siapakah manusia yang paling berakal itu? siapakah Ulul Albab itu? beliau menjawab:
أزهد الناس في الدنيا
“Yaitu manusia yang paling zuhud di dunia”.
Bahwa akal manusia yang terbuka masih banyak yang berada dalam keadaan tidur dan pura-pura tidak tahu, maka tema ini menggugahnya dan mendorongnya untuk mencari dan agar menemukan hal baru dan yang dapat membangkitkan dalam kehidupannya melalui proses pencariannya. Jika ia tidak sampai pada sebuah hasil maka ia didorong untuk mengembangkan wasail dan mengembangkan dinamika amal yang bisa menghasilkan ilmu, dan pengaturan tahapan-tahapan ilmiah setelah mengkaji ilmu ini.
Jati diri ulul albab dalam al-Qur`an dan al-Sunnah
Al-Qur`an dan as-Sunnah telah menyebutkan banyak sifat dan perilaku bagi orang muslim yang cerdik pandai, antara lain:
Ahli Tadabbur alqur`an (ahli membaca dan merenungkan al-Qur`an)
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa`: 82)
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”. (QS. Muhammad: 24)
كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad: 29)
Kitab Mubarak: banyak mengandung kebaikan, ilmu yang lebat, petunjuk dari kesesatan, obat dari penyakit, cahaya menerangi dalam kegelapan, berisi hukum yang diperlukan, dalil-dalil qath’I yang menenagkan.
Agar mereka merenungkan ayat-ayatnya: ini adalah hikmah diturunkannya al-Qur`an, agar mereka mengeluarkan ilmunya, merenungkan rahasianya dan hikmahnya. Dengan tadabbur dan taammul dan mengulang-ulang pandangan dan pikiran di dalamnya maka didapatkanlah berkahnya dan kebaikannya. Ini perintah mentadabburi al-Alqur`an dan ia merupakan amal yang paling utama, dan membaca dengan tadabbur lebih baik dari pada bacaan cepat yang tidak menghasilkan maksud ini.
Agar bertadzakkur ulul albab: pemilik akal sehat; mengambil pelajaran karena tadabbur mereka terhadapnya. Ini menunjukkan bahwa tadzakkur dan pemanfaatan kitab suci ini sesuai dengan kadar lubb manusia dan akalnya.
هَذَا بَلَاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” (QS. Ibrahim: 52)
أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,” (QS. Al-Ra’d: 19)
Ahli dzikir (mengingat Allah)
Ahli tafakkur (memikirkan ciptaan Allah)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ * الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191)
Ibnu Umar berkata kepada Aisyah: ceritakan kepadaku hal paling ajaib yang pernah anda lihat dari Rasulullah -Shalallahu alaihi wa salam-. maka Aisyah menangis dan lama menangis, kemudian berkata: semua perkara Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- adalah mengagumkan. Pada suatu malam beliau masuk ke dalam selimutku hingga kulitnya menyentuh kulitku, kemudian berkata: wahai Aisyah, apakah engkau mengizinkan aku malam ini untuk beribadah pada tuhanku? Maka aku jawab: Wahai Rasulullah sungguh aku sangat menyukai dekat denganmu, dan aku menyukai apa yang engkau inginkan. Aku mengizinkanmu. Maka beliau bangkit menuju qirbah (wadah air) yang ada di dalam rumah lalu beliau wudhu` dan tidak banyak menuangkan air. Kemudian berdiri shalat, lalu membaca dari al-Qur`an, dan beliau mulai menangis. Kemudian mengangkat kedua tangannya dan terus menangis hingga saya melihat air matanya membasahi bumi. Lalu Bilal datang kepada beliau memberitahukan kalau sudah datang waktu subuh, maka bilal melihatnya menangis, lalu berkata kepada beliau: wahai Rasulullah apakah Anda menangis sementara Anda telah diampuni oleh Allah seluruh doa Anda yang lalu maupun yang akhir? Maka Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- bersabda: wahai Bilal tidak bolehkan aku menjadi hamba yang banyak bersyukur? Kemudian bersabda: mengapa aku tidak menangis sementara Allah telah menurunkan wahyu di malam ini:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ
Kemudian beliau bersabda:
وَيْلٌ لِمَنْ قَرَأَهَا وَلَمْ يَتَفَكَّرُ فِيْهَا ».
“Celaka bagi orang yang membacanya dan tidak memikirkannya.” (HR. Ibnu Mardawaih; Ibn Hibban3)
Allah menceritakan ulul albab melalui aktifitas fikriyyah dan amaliyyah mereka yang berbentuk luzum al-Dzikr dan infitah al-Fikr terhadap semesta untuk mengungkap rahasia-rahasia dan unsur-unsurnya agar mereka ma’rifat kepada Allah secara mendalam, setelah ma’rifat itu terkumpul di pikiran mereka dan mereka bermunajat kepada-Nya agar menerima mereka dan mendekatkan mereka.
Allah ingin agar ulul albab mengenali rububiyyah Allah melalui al-Kaun agar bertambah ubudiyyah mereka kepada-Nya. Allah berfirman:
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ) [