BU NUR FATHONA JADI SANDERA BELANDA

Saat idul fitri 1442 H bibik Zaenab binti Bukhari bercerita

Di jaman Belanda, grilyawan kondang (dari Swayuwo) yang dicari-cari Belanda yang bersembunyi di dusun Korjo adalah Jaemi.

Yai Bukhori adalah agamawan yang disegani. Saat Jaemi disembunyikan oleh Yai Bukhori di rumahnya dalam tumpukan *Unthilan padi* (padi jawa yang diikat dg tangkainya untuk disimpan dalam lumbung) Belanda datang lalu menanyakan dimana Jaemi.Yai Bu bilang tidak tahu.

Belanda mengatakan kalau Jaemi terlihat lari ke arah rumahnya. Yai BuKhari tetap bilang tidak tahu. Akhirnya Belanda menggeledah. Dan memeriksa tumpukan padi itu lalu mereka tusuk- tusuk dg sangkur. Disitulah Ya BuKhari yang dari tadi sibuk membaca doa lalu menangis.

Saat Belanda tanya: mengapa kamu menangis: Yai Bu menjawab: aku menangisi anakku (Nur FATHONA) tidak ingin anaknya disandera lagi.

Setelah Allah menyelamatkan Jaemi, Dan Belanda keluar rumah maka Jaemi lari ke masjid Korjo Dan sembunyi di rumah besar di barat masjid milik wak Katum. Akhirnya rumah Katum dibakar sama Belanda, lalu Jaemi lari ke arah Selatan ke desa Sukorame.

Yai Bu ikut lari membawa bambu runcing Dan pathelele terus menemui Jaemi. Di situ mereka saling berpelukan, Dan Jaemi berterima kasih atas pertolongan Yai Bukhori.

Cerita Ibu Nurfathonah di SANDERA:

Waktu itu Nur Fathonah sudah berjalan lancar (sekitar umur 2 tahun) putih gemuk cantik. Belanda datang ke rumah Yai Bu menanyakan para gerilyawan . Ya Bu bilang tidak tahu- menahu. Karena dianggap tidak meyakinkan maka Nur Fathonah diambil sama Belanda dibawa ke markas di sekitar Sukorame.

Yai Bukhori tidak bisa mencegahnya maka beliau hanya bisa mengikuti dari belakang sampai ke markas. Semua jawaban Yai Bukhari “tidak tahu”. Belanda kalau ditanya mengapa mengambil ” Anakku”, belanda menjawab: Dia imut, putih cantik, aku suka.

Yai Bukhori mengatakan: ya kamu bisa punya anak sendiri yang cantik.
Akhirnya Nur Fathonah (bintiBukhori & Tuhayya) dilepaskan.

Demikianlah diantara perjuangan Yai Bukhori yang akhirnya mendapatkan pensiun sebagai veteran pejuang kemerdekaan.

Dari penjelasan ini maka ibu diperkirakan lahir 1938 atau 1939, sebab Belanda menyerah kepada Jepang tahun 24 February 1942.

Selama ini kita anggap ibu lahir 1940 wafat 2003. Jadi ibu wafat sekitar 65 tahun (67 tahun Hijriyah)

رحم الله جدنا الشيخ بخاري والجدة تُحَيَّة, وأمنا نور فطانة رحمة واسعة وأدخلهم الجنة

Kabunan Sabtu 3 Syawal 1442/15 Mei 2021
Beklik Zaenab berumur 81 Tahun Hijriyah, 4 tahun lebih muda dari Bu Nur Fathonah

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *