Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Ilmuwan atau Intelektual muslim sekaligus Pelancong (Traveler) dan penulis di era ini yang paling terkenal adalah Sheikh Mohammad bin Nashir Al-Abudi. Beliau banyak mengungkap negeri-negeri di dunia yang belum dikenal, khususnya negeri-negeri Islam atau tempat-tempat yang dihuni oleh komunitas muslim meskipun sedikit. Posisi beliau di Rabithah ‘Alam Islami (Liga Dunia Muslim) yang di antara tanggung jawabnya adalah melihat kondisi dunia Islam dan mengunjungi minoritas dan pusat-pusat Islam di mana saja di dunia, membuat beliau bisa memiliki kesempatan langka yang beliau manfaatkan, apalagi beliau memiliki bakat lain yaitu menulis dan sastra. Ini bukanlah kunjungan foya-foya atau jalan-jalan untuk plesiran, akan tetapi investigasi dan studi kemudian menghasilkan harta kekayaan berupa pengetahuan dan budaya dan melihat langsung keadaan dunia Islam dan negara-negara lain, yang diabadikan dengan gaya bahasa Arab yang halus, indah, dan fasih dalam berbagai buku yang kini sudah mencapai 65 kitab rihlah yang dicetak dan 82 buku yang masih naskah, ditambah dengan buku-buku lain selain rihlah yang mencapai 11 buku.
Kekayaan ilmiah ini dihasilkan dari usaha dan penelitian serta survei kemudian menulisnya dalam buku-buku yang menarik judul dan isinya sehingga pembaca akan menemukan semua kesenangan dalam membaca dan menelaah semua informasinya baik tentang alamnya maupun sejarahnya. Beliau tidak hanya bergantung pada perjalanan resmi, akan tetapi memanfaatkan waktu-waktu liburan untuk perjalanan baru ke negara yang tidak pernah dikunjungi sebelumnya. Setiap perjalanan dan wisata itu beliau menulis buku harian yang mencatat semua apa yang dia lihat atau diamati sejak ia meninggalkan rumah hingga kepulangannya.
Beliau mulai dengan menyebut sebab perjalanan, kemudian tanggal, jadwal keberangkatan, rute perjalanan, dan merekam setiap apa yang ia lihat atau amati. Peradaban Arab dan Islam yang dikuasainya sangat menolongnya untuk menulis perjalanan ini. Pengetahuannya yang luas soal traveling masa lalu mampu menghubungkannya dengan masa kini dalam setiap catatan pada negara yang memiliki sejarah. Selain itu, kemampuan bahasa Inggris dalam tulisan dan komunikasi ditambah lagi dengan kecerdasan yang diberikan oleh Allah, Tuhan kecerdasan dan ketelitian. Pertama yang ia catat dalam bukunya pada setiap perjalanan adalah tempat yang akan dikunjunginya dan lokasinya di dalam peta dunia, kemudian informasi tentang penduduk, bahasa, dan adat istiadat mereka. Lihat misalnya dalam bukunya yang menarik berjudul “Hilang di Tahiti” dia berkata: “…asal penamaan Tahiti untuk pulau besar ini yang ibukotanya adalah Papeete, dengan luas 1.041 kilometer persegi, kemudian menjadi nama yang mencakup -dari sisi administrasi– kumpulan pulau-pulau terdekat, meskipun masing-masing pulau memiliki namanya sendiri-sendiri, akan tetapi Tahiti adalah pulau yang terbesar wilayahnya. Sebelumnya disebut Polinesia Prancis karena ia merupakan daerah jajahan Perancis, dan arti dari nama “Tahiti” adalah “tinggal di samping”.
Dia mengidentifikasi lokasinya dari peta dunia dengan mengatakan: “Dia terletak jauh di sebelah selatan Samudra Pasifik di sebuah lokasi hampir menjadi tengah-tengah antara Kota Los Angeles (di sebelah barat Amerika Serikat) dan Kota Sydney (di sebelah tenggara benua Australia). Meskipun jaraknya sangat jauh dari negri kita dan dari Eropa, namun para wisatawan Eropa datang ke sana dalam jumlah besar, sebab perusahaan pariwisata membuat paket wisata keliling dunia dan yang paling penting adalah kunjungan ke Tahiti, dengan biaya yang proporsional. Jalur paling dekat dari negara-negara Arab adalah melalui Australia dan Selandia Baru.”
Kemudian dia melanjutkan menulis menggambarkan pulau ini, ditinjau dari sejarahnya dan orang Eropa pertama kali yang menemukannya, populasinya, dan keyakinan mereka. Kemudian memberikan penjelasan rinci tentang ibu kota, jalan-jalan, dan pelabuhannya, kondisi sosialnya kemudian menggambarkan perjalanannya di luar kota, di hutan-hutan dan pedesaan sembari menjelaskan kondisi penduduk dan karakter mereka.
Semua itu ditulis dengan bahasa yang mudah dan indah sehingga membuat pembaca hanyut dalam alur cerita penulis hingga tamat, keluar dengan mendapatkan banyak informasi berharga yang tidak dia kenal sebelumnya, dan melihat kondisi dunia baru yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Dalam kunjungannya ke negara dimana Islam sudah lama tersebar di sana, seperti India, misalnya, dia tidak hanya mencatat apa yang dia lihat atau dengar dari kondisi kota dan masyarakat, namun dia kembali ke sumber sejarah yang lampau yang berbicara tentang tempat-tempat ini seperti buku “Tahqiq Ma Li al-Hind Min Maqulah Maqbulah fi al-‘Aql aw Mardzulah” karya sejarawan Muhammad ibn Ahmad Abu Raihan al-Bairuni (362-440 H), atau buku Tuhfah al-Nazhzhar Fi Gharaib al-Amshar wa ‘Ajaib al-Asfar yang dikenal dengan nama Rihlah Ibn Bathuthah karya Muhammad ibn Abdillah ibn Muhammad ibn Ibrahim al-Lawati al-Thanji (703-779 H).
Dalam kunjungannya ke negara di mana penyebaran Islam masih baru seperti Amerika Selatan, dia berbicara dengan sangat rinci dan akurat tentang gelombang pertama yang bermigrasi ke negara ini dari umat Islam dan gelombang-gelombang berikutnya, tentang keadaan kaum Muslimin, penghidupan dan hubungan mereka dengan penduduk yang lain, dan kebutuhan mereka kepada para da’i dan para ulama. Selain itu dia menulis tentang cuaca, iklim, kondisi sosial dan ekonominya. Seperti yang digambarkan dalam wawancara siaran radio setiap pekan di radio Arab Saudi.
Upaya besar yang dilakukan oleh seorang da’i, Syaikh Muhammad Nashir al-Abudi ini perlu diapresiasi, dihargai. Pelancong dan penulis besar ini layak mendapatkan hadiah dan penghargaan semisal penghargaan “King Faisal International Prize” dan Penghargaan Festival Nasional untuk Warisan dan Budaya, dan penghargaan-penghargaan lainnya.
Mari kita kita jadikan ini sebagai inspirasi untuk melakukan hal yang besar untuk ilmu, Islam, dan dakwah. Jadilah traveler muslim yang produktif untuk Islam wal Muslimin. [*]