SEMANGAT IDUL ADHA KUNCI KEMENANGAN DAN KESELAMATAN

Khutbah Idul ِAdha1427 di SMKN Jubung- Jember

Oleh Agus Hasan Bashori

DR. KH. Abu Hamzah Ibnu Qomari, Lc, MAg

اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا. اللهُ أَكْبَرُ، أللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، أللهَ أكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، الوَلِيُّ اْلحَمِيْدُ، لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ، وَيَحْكُمُ مَا يُرِيْدُ.

أللهُ أَكْبَرُ عَدَدَ مَا تَحَرَّكَتِ الْحُجَّاجُ وَ اْلعُمَّارُ، أللهُ أَكْبَرُ عَدَدَ مَا ذَكَرَ اللهَ ذَاكِرٌ وَكَبَّرَ، اللهُ أكبرُ عَدَدَ مَا حَمِدَ اللهَ حَامِدٌ وَشَكَرَ، اللهُ أكبرُ عَدَدَ مَا تَابَ تَائِبٌ وَ اسْتَغْفَرَ، الله أكبر عَدَدَ مَا أَعَادَ عَلَيْنَا مِنْ عَوَائِدِ فَضْلِهِ وَجُوْدِهِ مَا يَعُوْدُ فِيْ كُلِّ عِيْدٍ وَيَظْهَرُ.

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَالَّذِيْ نَقُوْلُ، وَخَيْرًا مِمَّا نَقُوْلُ، وَلَكَ الحْمَدْ ُكَالَّذِيْ تَقُوْلُ، لَكَ الْحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى، وَلَكَ الحْمَدُ إِذَا رَضِيْتُ، وَلَكَ الْحَمْدُ بَعْدَ الرَّضاَ.

لَكَ الْحَمْدُ بِكُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيْنَا، فِيْ قَدِيْمٍ أَوْ حَدِيْثٍ، لَكَ الْحَمْدُ بِالْإِسْلَامِ، لَكَ الْحِمْدُ بِالْقُرْآنِ، لَكَ الْحَمْدُ باِلْإِيْمَانِ، لَكَ الْحَمْدُ بِاْلأَمْنِ وَالْأَمَانِ، وَالرَّاحَةِ وَالْاِطْمِئْناَنِ، لَكَ الْحَمْدُ بِاْلأَهْلِ وَالْمَالِ وَ اْلمُعَافَاةِ. فَلَكَ الْحَمْدُ كَثِيْرًا كَمَا تُنْعِمُ كَثِيْرًا، وَلَكَ الشُّكْرُ كَثِيْرًا كَمَا تُجْزِلُ كَثِيْرًا، وَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا مَنَنْتَ بِهِ عَلَيْنَا مِنْ بُلُوْغِ هَذَا الْيَوْمِ الْعَظِيْمِ؛ يَوْمِ عِيْدِ الأضحى الْمُبَارَكِ؛ يَوْمَ الْحَجِّ اْلأَكْبَرِ

فَأُهَنِّؤُكُمْ بِهِ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! عِيْدٌ مُباَرَكٌ، تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً أَدَّخِرُهَا لِيَوْمٍ كاَنَ شَرُّهُ مُسْتَطِيْرًا، سُبْحَانَ مَنْ لَمْ يَزَلْ عَلِيًّا كَبِيْرًا، سَمِيْعًا بَصِيْرًا، لَطِيْفًا خَبِيْرًا، عَفُوًّا غَفُوْرًا!

وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، بَعَثَهُ اللهُ بِاْلهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ، بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ، وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ، وَرَسُوْلِكَ، وَخَلِيْلِكَ، مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اْلهَاشِمِيِّ اْلقُرَشِيِّ، مَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَالْأَبْرَارُ، وَصَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالَّنهَارُ، وَصَلِّ عَلَيْهِ مَا لَاحَتِ الْأَنْوَارُ، وَغَرَّدَتِ الْأَطْيَارُ، وَأَوْرَقَتِ الْأَشْجَارُ، وَأَيْنَعَتِ الثِّمَارُ، وَاخْتَلَفَتِ الْأَمْصَارُ، وَتَتَابَعَتِ الْأَعْصَارُ، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

أمَّا بَعْدُ:

فيا أيها الإخوة المسلمون! أوصيكم بتقوى الله جل وعلا، فهي وصية الله للأولين والآخرين: )) ولقد وصينا الذين أوتوا الكتب من قبلكم وإياكم أن اتقوا الله)) (النساء: 131)

عباد الله:

Segala puji hanya milik Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Yang merajai hari pembalasan. Tidak ada kebahagiaan kecuali dengan taat kepada-Nya. Tidak ada kemuliaan kecuali dengan tunduk pada keagungan-NYa. Tidak ada kecukupan kecuali dengan rahmat-Nya. Tidak ada aman dan tenteram kecuali dengan naungan syariat-Nya.

Ya Allah! Hanya milik-Mulah segala pujian di langit dan bumi. Maha suci Engkau ya Allah. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Engkau satu-satunya Rabb Pencipta, pemilik dan pengatur alam. Satu-satunya Ilah yang disembah dan diagungkan dengan benar. Satu-satunya Tuhan yang menyandang asma’ul husna dan sifat-sifat yang sempurna.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah untuk nabi teragung dan termulia; Muhammad , yang diutus sebagai rahmat bagi semesta, imam bagi yang bertakwa, dan hujjah bagi seluruh manusia. Dengannya Allah membuka mata yang buta, telinga yang tuli, dan hati yang terlena. Tidak ada jalan keselamatan kecuali dengan mengikuti syari’atnya. Tidak lupa, semoga shalawat dan salam juga untuk keluarga Nabi, para sahabat dan pengikutnya yang setia dengan sunnah-sunnahnya.

Allahu akbar! Ma’asyiral muslimin!

Ini adalah idul Adha yang penuh berkah yang diagungkan oleh Allah dan diangkat tinggi-tingi derajatnya hingga Dia menyebutnya sebagai Hari Haji Akbar. Karena para jamaah haji pada hari ini (baca: kemarin) melakukan sebagaian besar manasik haji mereka; mereka melempar jamroh Aqabah, menyembelih hadyu, mencukur rambut, thawaf ifadhah, dan sa’I antara shafa dan Marwah.

Sementara yang tidak beribadah haji serentak melakukan shalat idul adha, bertakbir dan bertahmid, menyembelih kurban dan pada hari sebelumnya serempak melakukan puasa Arafah

Seandainya kita umat islam konsisten dengan semangat Idul Adha:

  1. Semangat berjuang dan berkorban. Berkorban dengan yang murah sampai dengan yang termahal dalam hidup ini, murni untuk Allah bukan untuk yang lain. Berkorban dengan harta, anak, istri dan nyawa. Semangat iman dengan syiar Sami’na waatha’na, tanpa ada tawar menawar dan keraguan.

  2. Semangat untuk bertaladan dengan Nabi Ibrahim sebagai figur bapak yang shalih, dengan Ismail sebagai anak yang shalih, dan dengan Hajar sebagai Istri dan ibu yang shalihah

  3. semangat berkiblat kepada ka’bah dengan ibadah shalat dan hajinya sebagai pemersatu umat islam di seluruh dunia. Semangat kebersatuan dan kebersamaan.

  4. Semangat talbiyah sebagai bentuk ketaatan dan tauhidan anti kebid’ahan dan kesyirikan

  5. Semangat meninggalkan larangan; tidak melakukan rafats, fusuq dan jidal

  6. Semangat hijrah menginginkan akhirat dan ridha Allah

  7. Semangat mengikuti aturan Allah dalam berpakaian, merawat anggota badan, dan hubungan antara laki-laki dan perempuan.

  8. Semangat mengikuti Nabi secara murni dalam bidang manasik:

«خُذُوا عَنِّـي مَنَاسِكَكُمْ،» ( Muslim: 1297, Baihaqi :9532) maupun dalam bidang-bidang lainnya. Seandainya umat Islam: pejabat dan rakyat, ulama dan masyarakat pastilah umat islam jaya memimpin umat manusia, menebar ajaran rahmatan lil-‘Alamin ke seluruh dunia.

Allah berfirman:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)

Akan tetapi sangat ironis, banyak umat islam yang terjangkit penyakit-penyakit mematikan: penyakit malas, kikir, pengecut, lalai, maksiat, taqlid meniru-niru orang-orang kafir, membuka dan memperdagangkan aurat, pornografi pornoaksi, bid’ah, syirik, perdukunan, menawar-nawar syariat, cinta dunia, takut mati, iri dengki, dan bercerai berai, memperturutkan nafsu dan bermakmum pada setan jin dan manusia.

Akibatnya umat islam banyak diberi musibah yang bertubi-tubi dan bencana alam yang dahsyat; banjir, tanah longsor, gempa, tsunami, kebakaran hutan, kekeringan, kecelakaan dan semburan lumur panas Lapindo. Umat Islam menjadi bodoh, melarat, hina, banyak hutang, ketakutan, menjadi bulan-bulanan dan kambing hitam, bahkan sesajen atau tumbal bagi orang-orang atau bangsa yang kufur kepada al-Qur’an dan Nabi Muhammad .

Secara bertubi-tubi umat Islam dihina dan dianiaya, mulai dari tuduhan dan cap teroris, penghancuran beberapa negara Islam oleh pasukan Nashara dan Yahudi (seperti Afganistan, Irak dan Palestina) karikatur-karikatur yang ditujukan untuk menghina Nabi yang mulia Muhammad , hingga pernyataan Paus bahwa Islam tersebar dengan pedang dan ajaran Nabi Muhammad yang suci dianggap tidak manusiawi.

Rasa takut yang dulu bersemayam di hati orang kafir dicabut oleh Allah lalu dilontarkan kepada hati umat islam. Nabi bersabda:

يُوْشِكُ اْلأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ، كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا . فَقَالَ قَائِلٌ : وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ ؟ قَالَ : بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ ؛ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، َولَيَنْزعِنَّ َاللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمْ اَلْمِهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَُ اللًهُ فَيْ قُلَوْبِكَمْ الوَهَنَ . فَقَالَ قَائِلُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ ! وَمَا اْلوَهَن ُ؟ قَالَ : حُبُّ الدُنْيَا، وَكرَاَهِيَةِ الْمَوْتِ.

“Hampir tiba masanya bangsa-bangsa itu mengeroyok kamu sebagaimana orang-orang yang makan itu mengerumuni nampan. Seorang bertanya: “Apakah karena jumlah kita sedikit pada waktu itu?” Beliau bersabda: “Bahkan kalian pada hari itu banyak, akan tetapi kalian seperti buih air bah. Allah akan mencabut rasa takut (kepada kalian) dari dada musuh-musuh kalian, dan melontarkan di hati kalian rasa wahan. Maka seseorang bertanya: “Wahai Rasul Allah! Apa Wahan itu? Beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut mati” (Silsilah Shahihah: 958)

Rasulullah bersabda:

: «دَبَّ إِليكم داءُ الأمم قبلَكم الحسَدُ، والبغضاءُ هي الحالقةُ، لا أقولُ: تحلقُ الشَّعرَ، ولكنْ تحلقَ الدينَ»

“Telah merayab kepadamu penyakit umat-umat terdahulu: iri dengki, dan saling benci. Ia adalah pencukur, aku tidak mengatak an mencukur rambut, tetapi mencukur agama.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Misykatul Mashabih: 5039, at-Targhib: 4084)

«سَيُصِيْبُ أُمَّتِي دَاءُ أُلامَمِ» قالوا: يا رسول الله، وما داء الأمم؟ قال: «أَلاشَرُ والبَطَرُ والتَّدَابُرُ والتَّنَافُسُ والتَّبَاغُضُ والبُخْلُ حَتَّى يَكُونَ البَغْي ثُمَّ الهَرْجُ» .

“Umatku akan terjangkit penyakit umaat-umat sebelum kamu. Mereka bertanya: Ya Rasulallah apa penyakit umat-umat itu? Beliau bersabda: “Sombong, congkak, saling membelakangi, berlomba-lomba dunia, saling membenci dan kikir, hingga kezhaliman dan pembunuhan.” (Majma’ Zawaid: 12362)

Nabi bersabda:

«مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ. وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ. فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ، وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَىٰ أَنْبِيَائِهِمْ»

ِApa saja yang kalian aku larang dari padanya maka jauhilah, dan apa saja yang aku perintahkan maka lakukanlah semampumu. Sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang sebelum kamu adalah banyaknya pertanyaan mereka dan perselisihan mereka terhadap nabi mereka.” (Bukhari: 3211, Muslim: 6066)

Allahu akbar! Ma’asyiral muslimin!

Itulah dosa dan kesalahan kita: mengikuti nafsu, cinta materi, takut mati, dan bercerai berai. Dulu umat Islam memimpin, yaitu ketika mereka mencari mati sebagaimana orang kafir mencari hidup, ketika mereka mencari sorga sebagaimana oranbg kafir mencari dunia. Namun kini, ketika umat islam mencari hidup seperti orang kafir mencari dunia maka umat Islam menjadi pengikut orang kafir, sebab orang kafir yang memimpin dunia dengan materi dan teknologi pada saat ini.

Allah berfirman:

“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni`mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ” (Al-Anfal: 53)

Allahu Akbar! 2x

Oleh karena itu mari dengan semangat Idul Adha kita kembali ke fitrah kita, kembali ke pangkuan Islam, menepis dan menolak kesesatan dan penyesatan, kehinaan dan penghinaan. Itulah satu-satunya jalan untuk bangkit dan hidup mulia. Rasulullah bersabda:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِاْلعِيْنَةِ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ اْلبَقَرِ، وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا، لَايَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *