MISI KEMANUSIAAN KE ARAKAN (Rakhine State) BURMA Ke MRauk-U

 

Bagian 8

Ke MRauk-U

Jumat 4 Jumada Tsaniyah 1438 H/ 3 Maret 2017.

Setelah merasa misi kemanusiaan di kota Sittwe tuntas dilaksanakan, maka kami bermaksud menyempurnakan petualangan ke ibu kota kerajaan Arakan yaitu Mrauk-U. Setelah berdiskusi dengan Bapak Hasyim selaku tokoh di Sittwe yang mengetahui situasi tentang kemungkinan kita mengunjungi kota Mrauk-U atau tidak, maka kita putuskan bahwa kita akan berangkat di pagi hari dan pulang di sore hari. Pak Hasyim mengingatkan bahwa pada dasarnya kita tidak boleh ke sana, soalnya di sana bukan tempat turis seperti kita, itu kota suci umat Budha, kita sangat asing di sana dan berbahaya. Akhirnya dia rela melepaskan kita dengan syarat agar kita tetap dalam mobil saja. Keliling kota dalam mobil.

Pagi hari kami berlima: saya sendiri (Agus Hasan Bashori) selaku pembina PULDAPII, Ketua YBM (Yayasan Bina Masyarakat) Malang, Triono Abu Syifak wakil kantor pusat PULDAPII (ketua KS: konsorsium Sunnah untuk umrah dan haji), Nur Rasyid Abu Rasyidah BIAS-CS (Cinta Sedekah), dan Gunawan pendamping dari Jawa Barat, ditambah Akhi Agung dari SMS Jawa Tengah, ditambah pemandu lokal dari komunitas Budha yang kita panggil Mester Abu dan seorang sopir juga dari Budha, berangkat menuju kota Mrauk-U yang akan di tempuh selama 3 jam. Perjalanan dimulai dari Sittwe, kemudian Ponnagyun, Kyauktaw, Tein Nyo, Mrauk-U dan Paungdok.

Kami sangat senang, selama perjalanan kami merasa sangat senang. Rasa penasaran dan keingintahuan yang besar membuat kami bersemangat, walaupun kita juga berfikir apa dan bagaimana nanti kalau sudah sampai kota Marauk-U. Kami selalu memperhatikan kanan dan kiri jalan. Yang kami temuai adalah: banyak gundukan damen kering, banyak kawanan sapi yang tergembalakan, tanah Arakan yang subur karena banyak sungai.

Ini tanaman kacang yang diapit dua sungai.

Jalan-jalan desa penuh dengan debu, rumah-rumah sangat sederhana. Melalui perjalanan ini kami tahu dan menyaksikan bahwa Arakan (kini Rakhine) benar-benar menjadi propinsi ke 14, propinsi yang paling melarat dan tertinggal.

Kawanan sapi yang tergembalakan

Dari jalan raya terlihat di kanan kiri ada banyak tanaman jagung, kacang, dan semangka.

Karena merasa haus dan penasaran akhirnya kitapun turun untuk membeli beberapa butir semangka.

Hamparan semangka di sawah.

Penjajahan terhadap Arakan yang berkepanjangan terlihat kehidupan merana. Rumah-rumah dan keadaan jalan serta permainan anak-anak yang sederhana mengingatkan masa kecil saya 40 tahun lalu di desa Kabunan, Kepulungan, Gempol, Kab. Pasuruan. Ya, Arakan ketinggalan 40 tahun bahkan lebih dari itu dibanding dengan daerah-daerah lainnya. Kira-kira begitu adanya.

Hari itu sangat berkabut. Sejak berangkat kita tidak bisa memotret, jarak pandang hanya 50 m. Matahari tidak tampak kecuali kira-kira pukul 9-an.

Kemudian Supir kita sangat berbeda dengan supir di Indonesia. Dia tidak tertib lalu lintas. Posisi setir mobil sama di kanan, tetapi jalannya mobil seolah seenaknya, kiri kanan kiri kanan. Yang lain juga begitu.

Kami saksikan Pagoda atau kuil ada di mana-mana. Setiap ada bukit, maka di puncaknya dibangun kuil.

Kami berangkat belum sarapan, maka setelah kira-kira 2 jam perjalanan perut terasa lapar.

Akhirnya di kota Kyauktaw di depan KBZ Bank sambil menunggu usaha untuk menanyakan apakah bisa mengambil uang donasi yang dikirim dari Indonesia, kita membeli udang goreng yang besar-besar untuk mengganjal perut.

Foto udang yang kita makan, subhanallah besar dan lezat.

Foto kantor retribusi bus. di situ duduk 3 gadis dengan membawa panic, kalau ada bus lewat dan berhenti mereka meminta uang dari bus tersebut.

Selama perjalanan kami amati di sebelah kiri kita adalah bukit barisan, sementara sebelah kanan kita banyak sungai.

Ini foto diambil saat pulang.

Dan beberapa kali kami melewati jembatan kayu, dan ada satu jembatan yang sangat panjang mengangkangi sungai yang lebar.

Setelah perjalanan 3 jam kita sampai kota Mrauk-U

Namun kita tidak langsung memasuki kota. Kami ambil kanan, dan setelah 30 menit kira-kira sampailah kita ke perkampungan orang Rohingya. Ya desa Paungdok. Kita berkunjung ke kampung paungdok. Yaitu kampong muslim Rohingya.

Peta paungdok

Di jalan menuju Paungdok debu semakin terasa. Mobil-mobil berat menambah rusaknya jalan dan berhamburnya debu

Pengecoran jalan dengan cara tradisional untuk meratakannya:

Paungdok, adalah desa muslim Rohingya yang terpencil dan padat penduduk. Lalu Bagaimanakan kondisi Paungdok sekarang? Apa dan bagaimana kehidupan mereka? Nantikan penjelasan dan foto-fotonya di edisi depan!! [*]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *