Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
26 Desember 2018
Di tengah hiruk pikuknya berita media sosial soal hukum seorang muslim mengucapkan selamat hari natal kepada orang nasrani, maka saya ingin mengingatkan sebagian referensi islam yang membahas masalah ini agar kita tetap bersama kebenaran sesuai dengan ilmu.
Syaikh Muhammad ibn Shalih al-Munajjid berkata[1]:
تهنئة الكفار بعيد الكريسمس أو غيره من أعيادهم الدينية حرام بالاتفاق ، كما نقل ذلك ابن القيم – يرحمه الله – في كتاب ( أحكام أهل الذمة ) حيث قال :
” وأما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام بالاتفاق ، مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم ، فيقول: عيد مبارك عليك ، أو تهْنأ بهذا العيد ونحوه ، فهذا إن سلم قائله من الكفر فهو من المحرمات وهو بمنزلة أن يهنئه بسجوده للصليب بل ذلك أعظم إثماً عند الله ، وأشد مقتاً من التهنئة بشرب الخمر وقتل النفس ، وارتكاب الفرج الحرام ونحوه ، وكثير ممن لا قدر للدين عنده يقع في ذلك ، ولا يدري قبح ما فعل ، فمن هنّأ عبداً بمعصية أو بدعة ، أو كفر فقد تعرض لمقت الله وسخطه .” انتهى كلامه – يرحمه الله – .
“Mengucapkan selamat kepada orang-orang kafir atas hari raya natal (Christmas Day) atau lainnya dari hari-hari raya keagamaan mereka adalah haram secara mufakat, sebagaimana dikutip hal itu oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah (751 H) dalam kitabnya Ahkam Ahli al Dzimmah (1/441). Dia berkata:
“Adapun mengucapkan selamat atas syiar-syiar orang kafir yang khusus bagi mereka maka itu adalah haram secara mufakat, seperti mengucapkan selamat kepada mereka atas hari-hari raya mereka dan puasa mereka, dengan mengatakan: “selamat hari raya semoga dilimpahkan kebaikannya kepadamu.” Atau “selamat berbahagia dengan hari raya ini” atau sejenisnya. Ini, jika selamat pengucapnya dari kekufuran maka ini adalah termasuk hal yang diharamkan, ini sama saja dengan mengucapkan selamat atas sujudnya kepada salib, bahkan hal ini lebih besar dosanya disisi Allah, dan lebih dimurkai oleh Allah daripada mengucapkan selamat mabuk-mabukan, membunuh, berzina dan sejenisnya. Banyak orang yang tidak menghargai agama terjatuh di dalamnya. Dia tidak menyadari buruknya apa yang ia lakukan. Maka barang siapa mengucapkan selamat atas kemaksiatan, atau kebid’ahan atau kekufuran maka ia berhadapan dengan kemarahan Allah atau murka-Nya.’”
Di dalam kitab al-Fatawa al-Fiqhiyyah al Kubra (4/239), Imam Ibn Hajar al Haitami al Syafi’I (974 H) berkata:
ثُمَّ رَأَيْت بَعْضَ أَئِمَّتِنَا الْمُتَأَخِّرِينَ ذَكَرَ مَا يُوَافِقُ مَا ذَكَرْتُهُ فَقَالَ وَمِنْ أَقْبَحِ الْبِدَعِ مُوَافَقَةُ الْمُسْلِمِينَ النَّصَارَى فِي أَعْيَادِهِمْ بِالتَّشَبُّهِ بِأَكْلِهِمْ وَالْهَدِيَّةِ لَهُمْ وَقَبُولِ هَدِيَّتِهِمْ فِيهِ وَأَكْثَرُ النَّاسِ اعْتِنَاءً بِذَلِكَ الْمِصْرِيُّونَ وَقَدْ قَالَ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – «مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ»
بَلْ قَالَ ابْنُ الْحَاجِّ لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَبِيعَ نَصْرَانِيًّا شَيْئًا مِنْ مَصْلَحَةِ عِيدِهِ لَا لَحْمًا وَلَا أُدْمًا وَلَا ثَوْبًا وَلَا يُعَارُونَ شَيْئًا وَلَوْ دَابَّةً إذْ هُوَ مُعَاوَنَةٌ لَهُمْ عَلَى كُفْرِهِمْ وَعَلَى وُلَاةِ الْأَمْرِ مَنْعُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ ذَلِكَ
“Kemudian saya melihat sebagian ulama mutaakhirin menyebutkan apa yang sesuai dengan apa yang saya sebutkan. Maka dia berkata: ‘Diantara bid’ah yang paling buruk adalah kesesuaian orang muslim dengan kaum nasrani dalam hari raya mereka, dengan meniru-meniru makanan mereka, memberi hadiah kepada mereka, dan menerima hadiah dari mereka di dalamnya. Manusia yang paling banyak memperhatikan ini adalah orang Mesir, padahal Rasulullah -Shalallahu alaihi wa salam- telah bersabda: ‘Barang siapa menyerupai satu kaum maka ia termasuk golongan mereka.”
Bahkan Imam Ibn al-Hajj (al-Maliki w. 737 H)[2] berkata (dalam kitab al-Madkhal): ‘Tidak halal bagi seorang muslim menjual kepada orang nasrani sesuatu dari kepentingan hari rayanya, apakah itu daging, kulit, atau baju. Dan tidak boleh meminjamkan kepada mereka sesuatu meskipun itu kendaraan, sebab itu artinya menolong mereka atas kekufuran mereka. Dan kewajiban pemerintah (ulil amri) adalah melarang umat Islam dari hal tersebut.”
Sementara Imam Syamsuddin al-Syarbini al Syafi’I (w. 977 H) dalam kitab Mughni al-Muhtaj Ila Ma’rifati Ma’ani Alfazh al-Minhaj (5/526) berkata:
وَيُعَزَّرُ مَنْ وَافَقَ الْكُفَّارَ فِي أَعْيَادِهِمْ، وَمَنْ يُمْسِكُ الْحَيَّةَ وَيَدْخُلُ النَّارَ، وَمَنْ قَالَ لِذِمِّيٍّ يَا حَاجُّ، وَمَنْ هَنَّأَهُ بِعِيدِهِ، وَمَنْ سَمَّى زَائِرَ قُبُورِ الصَّالِحِينَ حَاجًّا، وَالسَّاعِي بِالنَّمِيمَةِ لِكَثْرَةِ إفْسَادِهَا بَيْنَ النَّاسِ.
Dan dita’zir (dihukum agar jera) orang yang menyerupai orang-orang kafir dalam hari raya mereka, orang yang memegang ular dan masuk ke dalam api, orang yang mengatakan kepada kafir dzimmi “pak Haji”, orang yang mengucapkan selamat kepadanya atas hari rayanya, orang yang menyebut penziarah kubur orang shalih dengan julukan haji, dan orang yang mengadu domba karena banyaknya pengerusakannya di antara manusia.”
Syaikh Muhammad ibn Shalih al-Utsaimin (1428 H) menegaskan dalam Majmu’ Fatawa dan Rasailnya (3/46):
قال شيخ الإسلام ابن تيمية في كتابه: (اقتضاء الصراط المستقيم مخالفة أصحاب الجحيم) : “مشابهتهم في بعض أعيادهم توجب سرور قلوبهم، بما هم عليه من الباطل، وربما أطمعهم ذلك في انتهاز الفرص واستذلال الضعفاء”. انتهى كلامه رحمه الله.
ومن فعل شيئا من ذلك فهو آثم سواء فعله مجاملة، أو توددا، أو حياء أو لغير ذلك من الأسباب؛ لأنه من المداهنة في دين الله، ومن أسباب تقوية نفوس الكفار وفخرهم بدينهم.
والله المسئول أن يعز المسلمين بدينهم، ويرزقهم الثبات عليه، وينصرهم على أعدائهم، إنه قوي عزيز.
ومن فعل شيئاً من ذلك فهو آثم سواء فعله مجاملة أو توددا أو حياء أو لغير ذلك من الأسباب لأنه من المداهنة في دين الله، ومن أسباب تقوية نفوس الكفار وفخرهم بدينهم .
والله المسئول أن يعز المسلمين بدينهم ، ويرزقهم الثبات عليه ، وينصرهم على أعدائهم ، إنه قوي عزيز .
“Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dalam kitabnya Iqtidha` al-Shirath al-Mustaqim Mukhalafatu Ashhab al-Jahim berkata: ‘Menyerupai mereka di sebagian hari raya mereka mengharuskan adanya kesenangan di hati mereka dengan kebatilan yang mereka lakukan di dalamnya,bisa jadi hal itu membuat mereka tamak untuk memanfaatkan kesempatan dan menundukkan orang-orang lemah.’ (selesai ucapannya).
Maka barang siapa melakukan sesuatu dari hal itu maka ia berdosa apakah melakukan itu karena basa-basi atau untuk pendekatan (agar dicintai) atau karena malu (sungkan kepada mereka) atau karena faktor lain, maka hal ini termasuk sikap mudahanah (menjilat) dalam agama Allah, dan termasuk menjadi faktor penguat mentalitas orang-orang kafir dan kebanggaan mereka dengan agama mereka.
Allah adalah Dzat Yang Maha diminta, semoga Dia memuliakan kaum muslimin dengan agama mereka, dan memberi anugerah berupa keteguhan di atasnya. Dan semoga memenangkan mereka di atas musuh-musuh mereka, sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Kuat.”
Semoga dengan ini kita selalu ingat bahwa secara mufakat ulama Islam mengharamkan mengucapkan selamat hari raya natal kepada orang nasrani, dan bahwa mengucapkan selamat natal adalah adalah seburuk-buruk bid’ah, lebih dimurkai oleh Allah dari pada mengucapkan selamat mabuk-mabukan, membunuh atau melacur!
لَا يَحِلُّ لِلْمُسْلِمِينَ أَنْ يَبِيعُوا لِلنَّصَارَى شَيْئًا مِنْ مَصْلَحَةِ عِيدِهِمْ لَا لَحْمًا وَلَا إدَامًا وَلَا ثَوْبًا وَلَا يُعَارُونَ دَابَّةً وَلَا يُعَانُونَ علَى شَيْءٍ مِنْ دِينِهِمْ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ مِنْ التَّعْظِيمِ لِشِرْكِهِمْ وَعَوْنِهِمْ عَلَى كُفْرِهِمْ وَيَنْبَغِي لِلسَّلَاطِينِ أَنْ يَنْهَوْا الْمُسْلِمِينَ عَنْ ذَلِكَ، وَهُوَ قَوْلُ مَالِكٍ وَغَيْرِهِ لَمْ أَعْلَمْ أَحَدًا اخْتَلَفَ فِي ذَلِكَ انْتَهَى ↑