Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Allah menjamin Al-Qur`an tetap orisinil dan terjaga meskipun banyak yang memusuhinya. Jika dahulu musuh-musuh al-Qur`an diwakili oleh kaum musyrikin, kafirin dan munafiqin, maka kini, yang paling getol memusuhi al-Qur`an adalah kaum orientalis (mustasyriqin) dan para pemikir liberalis dari kalangan kaum oksidentalis (mustaghribin, orang-orang yang terbaratkan) dan kaum Syiah Rafidhah dari kalangan Akhbariyyah yang dibela oleh kalangan Syiah Ushuliyyah.
Khusus berkaitan dengan kaum Orientalis, kebencian mereka terhadap al-Qur’an dan tuduhan mereka bahwa al-Qur’an itu buatan Muhammad adalah karena beberapa alasan, yang paling penting adalah:
Pernyataan-pernyataan al-Qur’an yang jelas bahwa Taurat dan Injil telah ditahrif (diselewengkan) oleh para pengikutnya. Oleh karena itu mereka mengklaim bahwa Muhammad telah mengambil pengetahuannya dalam mengarang al-Qur’an dari Bible (perjanjian lama dan baru) baik dalam kisah, berita, maupun dalam hukum. Dan Muhammad adalah pengarang al-Qur’an. Tuduhan semacam ini dilontarkan oleh: George Sale, Champion dan Short, JB. Glubb, dan M. Rodinson. Sebab ini disampaikan oleh Dr. Ibrahim al-Labban dalam bukunya “al-Islam Fi Nazhar al-Mustasyriqin”.
Di samping mereka ini, masih banyak para orientalis yang meragukan otentisitas al-Qur’an seperti Samuel M. Zwemmer, Andrew Rippn, Abraham Geiger, Theodor Noldeke, Aloys Sprenger, Michel Amari, Friedrich Schwally, Gothelf Bergstassen, Otto Pretzl, Arthur Jeffrey, John Burton, John Wansbraough, Christoph Luxemburg (nama asli Ephraem Malki, seorang fanatik Kristen Ortodok Syiria, asal Libanon). (Lebih jelasnya baca Majalah Islamia th. 1 No. 2, Juni-Agustus 2004).
Faktor lain yang membuat mereka memusuhi al-Qur’an adalah karena al-Qur`an telah mengingkari tiga rukun agama Nasrani yaitu al-Tatslits (Trinitas), al-Shalb (penyaliban) dan al-Fida’ (penebusan dosa). Seperti firman Allah al-Maaidah: 73 dan al-Nisaa’: 157.
Faktor lain adalah karena para orientalis ini sangat erat hubungannya dengan para missionaris. Hampir bisa dikatakan bahwa para orientalis itu adalah missionaris. Suara orentalis adalah suara missionaris. Berkaitan dengan al-Qur’an, misalnya Dr. Kenneth Cragg, pemimpin gereja Anglican dan missionaris terkenal asal Inggris mendesak agar umat Islam bersedia menggusur semua ayat madaniyyah terutama politik dan hukum guna mempertahankan esensi ayat Makkiyah, yang menurut mereka humanis, moralis dan inklusif.
Alphonse Mingona (m. 1937) pendeta Kristen asal Irak dan guru besar di Universitas Birmingham Inggris menyatakan bahwa sudah waktunya untuk melakukan kritik teks terhadap al-Qur’an sebagaimana telah mereka lakukan terhadap kitab suci Yahudi yang berbahasa Ibranik Arami dan kitab suci Kristen yang berbahasa Yunani.
Pada tahun 2001, Christoph Luxemburg (nama aslinya Ephraem Malki) seorang fanatik Kristen Ortodok Syiria asal libanon yang berwarga negara Jerman menyimpulkan: 1) al-Qur’an sebenarnya bukan berbahasa Arab tetapi berbahasa Syiriak-Aramik. Oleh karena itu sebagian besar al-Qur’an tidak benar secara tata bahasa Arab, 2) Bukan hanya kosa katanya yang berasal dari Syiriak-Aramik, bahkan isi ajarannya pun diambil dari tradisi kitab suci Yahudi dan Kristen Syiria (Peshitta), 3) al-Qur’an yang ada tidak otentik, perlu ditinjau kembali dan diedit ulang.
Sementara itu orientalis dan missionaris adalah mitra dari para imperialis (kolonialis) Barat. Dr. Aqib Suminto mengutip Alb. C. Kruyt dan OJH. Graaf VanLimburg Stirum, mengatakan: “Kreistenisasi merupakan faktor penting dalam proses penjajahan, dan zending Kristen merupakan rekan sepersekutuan bagi pemerintah kolonial, sehingga pemerintah akan membantu menghadapi setiap rintangan yang menghambat perluasan zending. Sammuel Zwemmer seorang orientalis Yahudi yang menjabat sebagai Direktur organisasi missionaris dan juga pendiri jurnal The Muslim World, pada tahun 1935 pada konferensi missionaris di kota Yerussalem Zwemmer mengatakan: “Misi utama kita sebagai orang Kristen bukan menghancurkan kaum muslimin, namun mengeluarkan seorang muslim dari Islam, agar jadi orang muslim yang tidak berakhlak. Dengan begitu akan membuka pintu bagi kemenangan imperialis di negeri-negeri Islam. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi yang jauh dari Islam. Generasi muslim yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi yang malas, dan hanya mengejar kepuasan nafsunya”.
Di dalam mata rantai kebudayaan Barat gerakan misi punya dua tugas: menghancurkan peradaban lawan (baca: peradaban Islam) dan membina kembali dalam bentuk peradaban Barat. Ini perlu dilakukan agar muncul generasi muslim yang memusuhi agamanya sendiri. (Baca Hamid Fahmy Zarkasyi, Ghazwul Fikri; Gambaran tentang benturan Pandangan Hidup, dan Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam Sistem Studi al-Qur’an. Kedua makalah disampaikan dalam Workshop Pemikiran Islam di Universitas Muhammadiyyah Malang, 6-7 April 2005).
Sementara itu masyarakat Barat sendiri telah terdidik di atas perasaan bahwa Nasraniyyah jauh lebih tinggi di atas Islam dan risalah Nasraniyyah akan menunjukkan orang-orang Islam kepada agama Yesus, dan mereka menyebut orang-orang muslim sebagai orang kafir. Oleh karena itu mereka mengerahkan missi untuk kristenisasi melalui missionaris dan orientalis yang bekerja sama dengan para imperialis. Maha Benar Allah dalam firman-Nya Surat al-Baqarah: 120.
Namun kita jangan lupa bahwa ada sejumlah orientalis yang mengenal hakekat Islam kemudian mereka memeluk agama Islam dan menulis tentang agama Islam dari sisi yang belum ditulis oleh putra-putra Islam sendiri. Seperti Ustadz Muhammad Asad (Leopold Fise), Ustadz Abdul Rasyid al-Anshori (Robert Walzaly), Ustadz Nashiruddin (Denich), Ustadz Abdul Karim Jarmanus, Maryam Jamilah (Margaret Markus), penulis Inggris Iphlin Kupold, Dr. Sitan Roytans (dari Belanda), dan Marchilia Michel Anglo (dari Itali), dll. (Baca Ahmad Muhammad Jamal, Muftaroyat ‘Ala al-Islam, Rabithah al-Alam al-Islami, h. 13-15)/
Namun sangat disayangkan banyak dari sarjana muslim yang mengaku sebagai pemikir dan pembaharu justru ikut-ikutan dan latah dalam mengkritisi dan menghujat sumber-sumber Islam seperti al-Qur’an al-Karim, al-Hadits al-Nabawi dan Sejarah Islam. Maha Benar Allah dalam wahyu-Nya yang disampaikan melalui sabda Nabi Muhammad dalam hadits panjang yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Tirmidzi , dll bahwa Hudzaifah ibn al-Yaman bertanya kepada Rasul : “Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?”. Beliau menjawab: “Ya… para da’i di atas pintu-pintu Jahannam, siapa yang mengikuti ajakan mereka pasti mereka lemparkan ke dalamnya”. Saya bertanya: “Terangkanlah kepada kita sifat mereka?” Nabi menjawab: “Mereka adalah dari kulit kita dan berbicara dengan bahasa kita”.
* Makalah ini saya tulis saat saya masih Kandidat Doktor Pendidikan Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor, 20 Desember 2014.