KHUTBAH IDUL FITRI : CINTA TANAH AIR DAN NASIONALISME

 

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ كَبيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا. اللهُ أَكْبَرُ، أللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، أللهَ أكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، الوَلِيُّ اْلحَمِيْدُ، لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ، وَيَحْكُمُ مَا يُرِيْدُ.
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَالَّذِيْ نَقُوْلُ، وَخَيْرًا مِمَّا نَقُوْلُ، وَلَكَ الحْمَدُ كَالَّذِيْ تَقُوْلُ، لَكَ الْحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى، وَلَكَ الحْمَدُ إِذَا رَضِيْتَ، وَلَكَ الْحَمْدُ بَعْدَ الرِّضاَ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً أَدَّخِرُهَا لِيَوْمٍ كاَنَ شَرُّهُ مُسْتَطِيْرًا، سُبْحَانَ مَنْ لَمْ يَزَلْ عَلِيًّا كَبِيْرًا، سَمِيْعًا بَصِيْرًا، لَطِيْفًا خَبِيْرًا، عَفُوًّا غَفُوْرًا!
وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، بَعَثَهُ اللهُ بِاْلهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ، بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ، وَسِرَاجًا مُنِيْرًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ، وَرَسُوْلِكَ، وَخَلِيْلِكَ، مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اْلهَاشِمِيِّ اْلقُرَشِيِّ، مَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَالْأَبْرَارُ، وَ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالَّنهَارُ ، وَاخْتَلَفَتِ الْأَمْصَارُ، وَتَتَابَعَتِ الْأَعْصَارُ، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
أمَّا بَعْدُ:
فَيَا أَيُّهَا اْلإِخْوَةُ الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلاَ، فَهِيَ وَصِيَّةُ اللهِ لْلأَوَّلِيْنَ وَاْلآخِرِيْنَ:
وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ ما فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ وَكانَ اللَّهُ غَنِيًّا حَمِيداً (131النساء)

Allahu Akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Hari ini adalah hari syukur, harapan dan ukhuwah; hari dimana kita bergembira karena lulus madrasah bulan suci Ramadhan, dan siap untuk mengabdi kepada Allah, dan melayani hamba-hamba-Nya. Allah berfirman:
وَلِتُكْمِلُوا العِدَّةَ، وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (البقرة: 185)
Allahu Akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Pagi ini kita berkumpul di lapangan ini bersama keluarga, sanak dan handai taulan dan para tetangga, dengan berpakaian baru, perasaan haru, aroma wangi, dan hati berbunga-bunga dihiasi oleh harapan akan ampunan dan pahala setelah kita menyempurnakan bilangan puasa Ramadhan, rakaat qiyam Ramadhan, khataman al-Qur`an, dzikir, doa, I’tikaf dan zakat. Kita berkumpul dalam rangka mengagungkan Allah dan mensyukuri nikmat-nimat-Nya.
Salah satu nikmat terbesar adalah nikmat iman dan takwa, aman dan anugerah, tanah air yang indah, subur, luas dan kekayaan alam yang melimpah. Oleh karena itu di hari raya idul fitri ini mari kita merenungkan tema “cinta dan membela tanah air adalah bagian dari iman” (حب الوطن والمواطنة من الإيمان).
Allahu Akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Al-wathan adalah Tanah air yaitu tempat tinggalnya seseorang dan rumahnya, apakah dilahirkan disitu ataukan tidak.
Dikatakan al wathan al ashli yang disebut dengan al-ahli, dan wathan al fithrah adalah tanah tumpah darah; tanah tempat kelahiran; kampung halaman . Begitu pula negeri dimana dia berada apakah dia lahir di situ atau tidak, akan tetapi dia bermaksud untuk hidup menetap di situ.
Ibnu Jamaah dalam al-Minhal al-Rawi mengatakan: al Hakim berkata meriwayatkan dari Abdullah ibnul Mubarak:
“Siapa yang tinggal menetap di suatu kota selama 4 tahun maka dia termasuk penduduknya.” Wallahu a’lam,.
Sementara al-Wathaniyah (nasionalisme) adalah: Perasaan yang mengungkapkan loyalitasnya kepada negrinya. Yang dimaksud adalah aktifitas pribadi muslim dalam memenuhi hak-hak tanah airnya yang disyariatkan dalam Islam.
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Cinta tanah air adalah gharizah yang tertanam dalam jiwa sejak lahir, yang menjadikannya dia betah untuk tinggal di dalamnya, dan merindukannya jika jauh darinya, dan membelanya jika ia diserang dan marah jika dihinakan.
Ibnu Abbas ra bercerita bahwa Nabi – Shalallahu alaihi wasalam- berkata kepada kota Makkah saat beliau hijrah ke Madinah:
مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلَدٍ، وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ
“Alangkah bagusnya engkau sebagai negeri, betapa besar cintaku kepadamu. Seandainya bukan karena kaummu mengusirku niscaya aku tidak akan tinggal di selainmu.” (HR. Turmudzi, Ibn Hibban, Hakim, Baihaqi dalam al Syuab dan al Maqdisi dalam al Mukhtarah dengan sanad shahih)
Jadi hukum asalnya manusia itu cinta kepada tanah airnya, ingin tetap tinggal di dalamnya, tidak meninggalkannya karena tidak suka dengannya, kalau sudah di luar pasti ia merindukan untuk kembali kepadanya sebagaimana Bilal yang ingin kembali ke Makkah.
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Sesungguhnya cinta tanah air secara fitrah ini adalah sebab bagi memakmurkan bumi dan kelestariannya. Diriwayatkan dari Umar ibn al-Khatthab ra dia berkata:
لَوْلَا حُبُّ الْوَطَنِ لَخَرِبَ بَلَدُ السُّوْءِ
“Kalau bukan karena cinta tanah air niscaya sudah surak negeri yang buruk itu.”
Dahulu dikatakan:
بِحُبِّ الْأَوْطَانِ عُمِّرَتِ الْبُلْدَانُ
“Dengan cinta tanah air, dimakmurkanlah negeri-negeri itu.”
Diriwayatkan dari Abdullah ibn al Zubair ra:
لَيْسَ النَّاسُ بِشَيْءٍ مِنْ أَقْسَامِهِمْ أَقْنَعَ مِنْهُمْ بِأَوْطَانِهِمْ
“Tidak ada manusia yang lebih menerima sesuatu dari bagian mereka (merasa puas dengannya) selain kepada tanah tumpah darah mereka.”
Dikatakan:
كَمَا أَنَّ لِحَاضِنَتِكَ حَقَّ لَبَنِهَا، فَلِأَرْضِكَ حُرْمَةَ وَطَنِهَا
“Sebagaimana pengasuhmu berhak mendapatkan hak air susunya maka bumimu berhak mendapatkan kehormatan tanah airnya.”
Al-Qur`an telah menunjukkan kedudukan cinta tanah air di dalam jiwa setiap insan ini dalam firman-Nya:
﴿ وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُواْ مِن دِيَارِكُم مَّا فَعَلُوهُ إِلاَّ قَلِيلٌ مِّنْهُمْ ﴾ (النساء:66)
Allah mensejajarkan antara pengusiran dengan pembunuhan, ini artinya tetap tinggal di tanah air itu adalah sejajar dengan kehidupan. Allah berfirman:
﴿ قَالُواْ وَمَا لَنَا أَلاَّ نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِن دِيَارِنَا وَأَبْنَآئِنَا﴾ (البقرة:246)
Maka Allah menjadikan berperang sebagai balas dendam atas pengusiran dari kampong halamannya atau negerinya.
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Jika cinta tanah air terpatri dalam jiwa setiap orang lalu bagaimana jika tanah airnya itu membawa keberkahan karena tegaknya tauhid dan syiarnya sunnah?! Sungguh tanah air muslim yang berdiri di atas syariat Allah, telah terkumpul di dalamnya dua kecintaan: kecintaan fitri dan kecintaan syar’i yaitu kecintaan yang dibangun di atas pondasi al-shalah wa al- ishlah. Renungkanlah cinta Nabi – Shalallahu alaihi wasalam- kepada tanah airnya yaitu kota Madinah, yang diterangkan dalam banyak hadits.
Anas bin Malik berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَأَبْصَرَ جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ ، وَإِنْ كَانَتْ دَابَّةً حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا
“Rasulullah – Shalallahu alaihi wasalam- itu kalau datang dari safar lalu melihat tembok-tembok kota Madinah (jalan-jalannya yang tinggi) beliau melecut ontanya, kalau beliau berada di atas hewan tunggangan beliau menggerakkannya (mempercepatnya) karena cintanya ke Madinah.” (HR. Bukhari) sebab Madinah adalah tanah air Nabi yang penuh berkah.
Nabi – Shalallahu alaihi wasalam- juga memerintahkan umatnya untuk segera pulang ke kampung halamannya atau segera mudik kalau sudah selesai keperluannya. Beliau berkata:
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ نَوْمَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ، فَإِذَا قَضَى أَحَدُكُمْ نَهْمَتَهُ مِنْ وَجْهِهِ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ
“Safar adalah sepotong dari penderitaan; ia menghalangi salah seorang kamu dari tidurnya, makanannya, dan minumannya, jika salah seorang kamu telah selesai menunaikan keperluannya maka hendaklah bersegera pulang ke keluarganya.” (HR. Muttafaq alaih, dari Abu Hurairah)
Bahkan Nabi – Shalallahu alaihi wasalam-mengajak kegera pulang kampung meskipun safarnya itu ke Makkah Baitullah al Haram. Al-Hakim meriwayatkan dengan sanad shahih dari Ummil Mukminin Aisyah ra bahwa Nabi saw bersabda:
إِذَا قَضَى أَحَدُكُمْ حَجَّهُ فَلْيُعَجِّلِ الرِّحْلَةَ إِلَى أَهْلِهِ فَإِنَّهُ أَعْظَمُ لأَجْرِهِ
“Kalau salah seorang kamu telah selesai menunaikan hajinya maka hendaklah cepat-cepat pulang ke keluarganya sebab itu lebih besar pahalanya.” Para Ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “Ahlihi” adalah tanah airnya meskipun ia tidak punya anak atau istri.
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Muslim yang shadiq adalah manusia yang paling jujur kepada tanah airnya, karena ia menginginkan untuk keluarganya kebahagiaan dunia dan akhirat dengan diamalkannya Islam dan didakwahkannya akidah tauhid yang benar. Allah berfirman menceritakan orang mukmin dari kalangan keluarga Firaun, dia berkata:
﴿ يَا قَوْمِ لَكُمُ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ظَاهِرِينَ فِي الْأَرْضِ فَمَن يَنصُرُنَا مِن بَأْسِ اللَّهِ إِنْ جَاءنَا﴾
“Wahai kaumku, hari ini kalian punya raja, seraya menang di muka bumi, lalu siapakah yang akan menolong kami dari adzab Allah jika datang kepada kami?” (QS. Ghafir: 29) ini dia ucapkan untuk memberi peringatakan kepada kaumnya dan menasehati mereka karena menginginkan untuk mereka kebaikan dan keselamatan.
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Cinta tanah air yang benar adalah dengan melakukan dan mengupayakan apa yang bisa memperbaikinya, dan tidak ada kebaikan atau keshalehan kecuali dalam agama Allah tabaraka wata’ala. Tidak ada kekuatan dan keridhaan Allah kecuali dengan syariat-Nya. Semua yang bertentangan dengan syariat-Nya bukanlah ishlah tetapi ifsad, dan bukan termasuk hubbul wathan atau muwathanah sama sekali.
Perbuatan korupsi oleh pejabat bukanlah bentuk dari cinta tanah air sama sekali, memecah belah umat, mengadu domba, atau membiarkan umat sengsara bukanlah cinta tanah air. Begitu pula, mengedarkan narkoba, membiarkan asing melemahkan sendi-sendi bangsa bukanlah cinta tanah air sama sekali. Kejahiliyaan dan penyebaran ajaran-ajaran menyimpang, berbagai macam kemunkaran dan kemaksiatan, terorisme, dan berita hoax bukanlah cinta tanah air dan nasionalisme sama sekali.
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Kebaikan tanah air itu adalah dengan keshalihan akidah Islam dan keistiqamahannya. Allah berfirman:
﴿ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ﴾ (النور:55)
Kebaikan tanah air itu adalah dengan menjalankan syariat Allah di buminya, di tengah hamba-hamba-Nya, dan memakmurkan segala penjurunya dengan iman dan takwa, dengan semangat dan nilai Ramadhan. Allah berfirman:
﴿ وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنْ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ ﴾ (الأعراف:96)
Kebaikan tanah air itu dengan memprioritaskan pendidikan adab, meninggikan urusan dakwah kepada Allah, dan menegakkan syiar amar makruf nahi anil munkar, sebagaimana firman Allah:
﴿ الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوْا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأُمُورِ﴾ (الحج:41)
Pernah ada wanita bernama Zaenab melakukan haji dengan membisu tidak mau berbicara. maka Abu Bakar mengingkarinya, menasehatinya dan memberitahukan bahwa ibadah model begitu yang tidak mengikuti ajaran Rasulullah – Shalallahu alaihi wasalam-adalah termasuk perbuatan jahiliyyah. Setelah tahu kalau dia adalah Abu Bakar maka dia bertanya:
مَا بَقَاؤُنَا عَلَى هَذَا الأَمْرِ الصَّالِحِ الَّذِي جَاءَ اللَّهُ بِهِ بَعْدَ الجَاهِلِيَّةِ؟
“Apa syarat keberlangsungan kita diatas perkara yang baik ini (yaitu Islam, keadilan dan akhlak yang mulia) yang didatangkan oleh Allah setelah jahiliyah? Maka Abu Bakar berkata:
بَقَاؤُكُمْ عَلَيْهِ مَا اسْتَقَامَتْ بِكُمْ أَئِمَّتُكُمْ
“Kekekalan kalian di atasnya adalah selagi istiqamah para imam (pemimpin) kalian mengurusi kalian.” (HR. Bukhari. 3834)
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Kebaikan tanah air itu selama pemimpin dan rakyatnya menghamba kepada Allah, dan mereka saling mencintai dan mendoakan baik kepada Allah swt, bukan saling membenci dan melaknat. Rasulullah – Shalallahu alaihi wasalam- bersabda:
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ، وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ، وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian, mereka mendoakan baik untuk kalian dan kalian mendoakan baik kepada mereka. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka, merekapun membenci kalian, kalian melaknat mereka dan merekapun melaknat mereka. (HR. Muslim, 1855)
Kebaikan tanah air itu adalah dengan kasing sayang pemimpin kepada rakyatnya bukan sebaliknya, sebab Nabi sudah mendoakan:
اللهُمَّ، مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ، فَاشْقُقْ عَلَيْهِ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ
“Ya Allah, barang siapa menjabat sesuatu yang mengurusi urusan umatku kemudian memberatkan (menyulitkan) mereka maka beratkanlah bebannya (persulitlah dia)”.
Sabda Nabi: “فَشَقَّ عَلَيْهِمْ” adalah mempersulit rakyat, atau membebani mereka dengan masyaqqah atau madharrah, maka Nabi mendoakan buruk atasnya. Bahkan dalam Mustakhraj Abu Uwanah (4/380) disebutkan:
فَعَلَيْهِ بَهْلَةُ اللَّهِ
“Maka ia dilaknat oleh Allah”
Ini adalah doa dari Nabi – Shalallahu alaihi wasalam- untuk ditimpakan masyaqqah atas pemimpin tersebut baik masyaqqah dunia maupun akhirat. (Subul al Salam, 7/160)
Lanjutan hadits: “Barang siapa menjabat sesuatu yang mengurusi urusan umatku kemudian menyayangi (memudahkan) mereka maka sayangilah (mudahkanlah) kepadanya.” (HR. Muslim. 1828)
Nabi saw juga bersabda: “Barang siapa menjabat sesuatu yang mengurusi urusan manusia kemudian menutup pintunya di hadapan orang miskin dan orang teraniaya, atau orang yang memiliki keperluan maka Allah akan menutup pintu-pintu rahmat-Nya di hadapannya di saat keperluaannya dan kemelaratannya, saat yang dia paling membutuhkannya (yaitu di hari kiamat).” (HR. Ahmad, shahih lighairi dari Abu Maryam al Azdi)
مَنْ وَلِيَ أَمْرًا مِنْ أَمْرِ النَّاسِ، ثُمَّ أَغْلَقَ بَابَهُ دُونَ الْمِسْكِينِ، وَالْمَظْلُومِ أَوْ ذِي الْحَاجَةِ أَغْلَقَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى دُونَهُ أَبْوَابَ رَحْمَتِهِ عِنْدَ حَاجَتِهِ، وَفَقْرِهِ أَفْقَرُ مَا يَكُونُ إِلَيْهَا
Maka Kebaikan tanah air itu adalah dengan taat kepada Allah, taat kepada ulil amri dalam hal yang baik, dan melayani masyarakat, menjauhi kesyirikan, dosa, maksiat, korupsi, dekadensi moral, narkoba, miras, prostitusi, riba, judi, penipuan, penebangan hutan secara liar dan sejenisnya, karena itu semua adalah kehancuran bagi tanah air dan penduduknya. Allah berfirman:
﴿ ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾ (الروم:41)
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Kebaikan tanah air adalah dengan menjauhi sikap sombong, angkuh dan kufur nikmat. Allah berfirman:
﴿ وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ﴾ (النحل:112)
Kebaikan tanah air itu dengan menjaga persatuan, mendengar dan taat kepada ulil amri yang menjalankan amanahh dan keadilan, sebab kemaslahatan umat ada pada jamaah, dan tidak ada jamaah tanpa imarah, dan imarah tidak ada kecuali di atas tanah air.
Kebaikan tanah air dalam bentuk baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur tidak bisa diraih kecuali dengan harmonisnya hubungan umat Islam dengan pemimpinnya dan harmonisnya hubungan mereka semua kepada Allah swt.
Jadi muwathanah shalihah atau nasionalisme yang baik itu bukanlah slogan yang diulang-ulang atau syiar yang diangkat, akan tetapi keikhlasan, amal, sikap yang tulus terhadap al-wathan apakah para pemimpinnya ataupun rakyatnya.
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Inilah ajakan dan seruan dari atas minbar ini kepada kita semua, orang-orang yang dimuliakan oleh Allah dengan menempati tanah air Indonesia untuk tinggal di dalamnya dan memakmurkannya untuk sementara waktu sebelum kita menuju tanah air yang sesungguhnya yaitu surga Allah swt yang luasnya seleuas langit dan bumi. Mari kita bertakwa kepada Allah di tanah air ini, kita jadikan iqamah (tinggalnya) kita di dalamnya dibangun di atas dasar al-nush, al-shalah dan al-ishlah serta menjauhi sejauh-jauhnya dari keburukan dan pengrusakan. Hendaklah kita semua merasa diawasi oleh Allah yang Maha mengetahui khianatnya mata dan jahatnya niat. Telah shahih dari Nabi saw sabdanya:
((الدِّينُ النَّصِيحَةُ)) ، قُلْنَا: لِمَنْ يا رسول الله ؟ قَالَ: ((لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ))
“Agama ini adaah nasihat (sikap tulus). Kami bertanya: terhadap siapa ya Rasulallah? Nabi bersabda: terhadap Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam dan orang kebanyakan mereka.”
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Demikianlah pengertian dan kedudukan cinta tanah air dan nasionalisme dalam pandangan agama kita. Adapun ucapan yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad saw: “حب الوطن من الإيمان” maka itu hadits yang tidak shahih dari Nabi saw, Nabi saw tidak pernah mengucapkan dengan redaksi itu berdasarkan kesepakatan para ulama. Adapun dari segi maknanya maka bisa benar jika kecintaannya kepada tanah air itu bersifat syar’I, yaitu dibangun di atas al-shalah dan al ishlah. Juga benar jika dimaknai al-wathan itu sebagai surga; tanah air kita yang pertama. Kita di dunia ini hanyalah tawanan musuh, ada yang akan selamat kembali ketanah airnya yang pertama, ada pula yang merugi terhalang untuk kembali, dan dimasukkan neraka abadi, wal-iyadzu billah.
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Ketahuilah bahwa orang yang cerdik adalah orang yang menundukkan dirinya dan beramal untuk mempersiapkan hari setelah kematian, sementara orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya sementara dia banyak berharap kepada Allah. Ketahuilah bahwa sebaik-baik ucapan adalah firman Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad saw, dan seburuk-buruk perkara adalah muhdatsat; perkara baru dalam agama ini yang tidak diizinkan oleh Allah dan rasul-Nya. Maka marilah kita berjamaah, sebab pertolongan Allah bersama orang yang berjamaah. Al-Jama’ah mengharuskan kita bertakwa kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama, dan saling memaafkan jika memiliki kesalahan, khususnya antara suami dan istri, antara anggota keluarga, di hari kebahagiaan, hari saling berkunjung hari raya idul fitri ini untuk bersenang-senang dengan handai taulan.
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Indonesia adalah negeri yang besar dan luas, maka akan menjadi kuat dan jaya kalau melaksanakan semboyan persatuannya yang senafas dengan al-Jamaah dalam Islam. Semboyan itu adalah “Bhinneka Tunggal Ika”. Moto atau semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya adalah “Berbeda-beda atau beraneka ragam tetapi tetap satu”. Jadi, bangsa ini akan kuat jika menonjolkan Tunggal ikanya, persatuannya bukan kebhinekaannya. Kebhinekaan adalah qodrat, sudah ada tanpa kita usahakan, tetapi tunggal ika atau persatuan itu adalah cita-cita yang wajib diusahakan dan diwujudkan untuk kejayaan. Menurut agama Islam tunggal ika ini akan terwujud dalam bentuk sempurna melalui ukhuwah Islamiyyah yang dibangun diatas pilar aqidah tauhid (Ketuhanan Yang Maha Esa) akhlakul karimah (Kemanusiaan yang adil dan beradab), dan kepemimpinan yang shalih dan adil (yang memimpin rakyat dengan hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan demi tegaknya Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia).
Allah swt berfirman tentang tauhid, kepemimpinan, persatuan, ukhuwah dan kemenangan:
فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ (62) وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعاً مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (63) يا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (64)
“…maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al Anfal: 62-64)
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Akhirnya saya berpesan, mari jangan lupa kita sempurnakan pahala puasa Ramadhan ini dengan berdoa terus agar amal kita diterima dan dengan puasa syawal 6 hari:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa puasa Ramadhan kemudian dia iringi dengan puasa 6 hari dari bulan Syawwal maka itu seperti puasa setahun.” (HR. Muslim)
Allahu akbar 3x
Ma’asyiral muslimin
Mari kita bershalawatlah dan bersalamlah kepada Nabi kita Muhammad saw sebagaimana Dia memerintahkan kita di dalam kitab suci-Nya:

﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦]، وقال صلى الله عليه وسلم: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا.
اللهم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمد كما صلَّيت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنَّك حميدٌ مجيد، وبارك على محمدٍ وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنَّك حميدٌ مجيد. وارضَ اللهمَّ عن الخلفاء الراشدين الأئمة المهديين؛ أبى بكرٍ وعمرَ وعثمانَ وعلي، وارض اللهمَّ عن الصحابة أجمعين، وعن التابعين ومن تبعهم بإحسانٍ إلى يوم الدين، وعنَّا معهم بمنِّك وكرمك وإحسانك يا أكرم الأكرمين .
اللهم أعزَّ الإسلام والمسلمين، وأذل الشرك والمشركين، ودمِّر أعداء الدين، واحم حوزة الدين يا رب العالمين. اللهم آمِنَّا في أوطاننا، وأصلح أئمتنا وولاة أمورنا، واجعل ولايتنا فيمن خافك واتقاك واتبع رضاك يا رب العالمين. اللهم وفِّق ولي أمرنا لما تحبه وترضاه من سديد الأقوال وصالح الأعمال يا ذا الجلال والإكرام .
اللهم آت نفوسنا تقواها، زكها أنت خير من زكاها، أنت وليها ومولاها. اللهم يا ربنا يا قوي يا عزيز يا ذا الجلال والإكرام انصر إخواننا المستضعفين في كل مكان، اللهم انصرهم في أرض الشام وفي كل مكان يا ذا الجلال والإكرام، اللهم وعليك بأعداء الدين فإنهم لا يعجزونك، اللهم إنَّا نجعلك في نحورهم ونعوذ بك اللهم من شرورهم .
اللهم أصلح ذات بيننا، وألِّف بين قلوبنا، واهدنا سبل السلام، وأخرجنا من الظلمات إلى النور، وبارك لنا في أسماعنا وأبصارنا وقوتنا ما أحييتنا يا ذا الجلال والإكرام. اللهم إنا نسألك من الخير كله عاجله وآجله ما علِمنا منه وما لم نعلم، ونعوذ بك من الشر كله عاجله وآجله ما علمنا منه وما لم نعلم، وأن تجعل كل قضاءٍ قضيته لنا خيرا يا رب العالمين. اللهم اغفر لنا ولوالدينا وللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. ربنا إنَّا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكوننَّ من الخاسرين. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار .
اللهم يا رب العالمين أعمر قلوبنا بالنصيحة يا ذا الجلال والإكرام، وأذهب عنَّا الغش والمكر والكيد والعدوان، واجعلنا وأهلينا وذرياتنا صالحين مصلحين يا رب العالمين .
وصلى الله على نبينا محمد والحمد لله رب العالمين.
Disampaikan dalam khutbah idul fitri di halaman masjid Abdillah Sulfat Malang Jatim, 1 Syawwal 1439 H

Download naskah khutbah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *