Kamp Pengungsian (IDP) Sittwe dan perkampungan (Village)

MISI KEMANUSIAAN KE ARAKAN (RAKHINE STATE) BURMA

Bagian 3

Dr. KH. Agus Hasan Bashori

Kamp Pengungsian (IDP) Sittwe dan perkampungan (Village)

Ini adalah peta IDP yang dikeluarkan oleh OCHA PBB tahun 2014

Perlu anda ketahui bahwa Penduduk Propinsi Arakan (Rakhine) berjumlah 3,2 Juta. Jumlah orang Islam diperkirakan tinggal 1,3 juta. Jumlah Muslim di kota Sittwe saja sebelum konflik dan pembantaian bulan Juni 2012 berjumlah 300.000, lalu setelah konflik tinggal 200.000. Ini yang dituturkan oleh tokoh muslim Rohingya Hasyim.

Pada saat terjadi kerusuhan tahun 2012, rumah-rumah muslim dibakar, toko-toko dibakar dan dihancurkan, banyak muslim yang dibunuh secara sadis, dan 150.000 tidak punya rumah. Mereka ini akhirnya ada yang lari ke laut, ada yang lari ke Bangladesh dan ada yang lari ke persawahan yang nantinya menjadi kamp para korban ini.

Jumlah kamp di seluruh kota Sittwe ini yang diberitakan secara resmi (seperti gambar di atas) berjumlah 21 kamp, sedangkan di seluruh propinsi Arakan berjumlah 68 kamp yang tersebar di 10 kota; Kyakpyu (2), Kyauktaw (11), Maungdaw (9), Myebon (2), Mnibya (7), Mrauk-U (4), Pauktaw (5), Ramree (2), Rathedaung (5), Sittwe (21). Namun setelah saya tanyakan pada tanggal 11 Maret 2017 kepada Bapak Hasyim yang berada di dalam Camp Dar Paing maka beliau menjawab: “yang benar 15 kamp di Sittwe yaitu:

1.Thay chaung camp

2.Dar Paing camp

3.Dar Paing (TDL)camp

4.That Key Pyin 1 camp

5.That Key Pyin 2 camp

6.Kaung Doke kar 1 camp

7.Kaung Doke Kar 2 camp

8.Baw Dupa 1 camp

9.Baw Dupa 2 camp

10.Ohn Daw Gyi south camp

11.Ohn Daw Gyi north camp

12.Ohn Daw Shay camp

13.Say ThamaGyi camp

14.Pwe Yar Gong camp

15.Maw Seen Yar camp

Adapun lebih dari itu maka itu adalah fiktif, di atas namakan kamp bagi Budhis oleh pemerintah, padahal nyatanya tidak ada!”

Ini data sampai tahun 2014. Adapun sekarang setelah operasi militer di Maungdaw yang mengakibatkan 100.000 muslim tidak punya tempat tinggal (menurut data PBB terakhir Februari 2017) maka jumlah itu tentu bertambah.

Di kamp-kamp yang ada di 10 kota di propinsi Arakan/Rakhine jumlah penghuni yang resmi (terdaftar) adalah 137.394 atau biasa dibulatkan sekitar 140.000, namun di tahun 2016 dilaporkan secara resmi bahwa jumlah pengungsi (IDP; Internal Displacement Persons) sebanyak 143.900.

Di Kamp yang ada di Sittwe, 1 shelter berisi 8 kamar untuk 8 keluarga, satu keluarga satu kamar.

Kalau mengacu kepada keterangan Bapak Hasyim yang kita temui, sangat faham dengan kondisi muslim di Sittwe, bahwa muslim ada yang tinggal di kamp dengan terdaftar, dan banyak pula yang tidak terdaftar. Kemudian ada pula muslim yang masih tetap tinggal di desa-desa mereka yang masih asli, yang berjumlah 50 desa (village).

Kemudian ada muslim di luar etnis Rohingya yaitu Aung Mingalar, mereka berjumlah 960 KK dengan populasi 6000 jiwa, tetap tinggal di kota Sittwe di jalan poros dan perkampungan di sekitarnya. Kondisi mereka lebih parah daripada muslim yang di kamp. Menurut Hasyim, kamp adalah penjara besar, sedang kampung Aung Mingalar adalah penjara sempit, di samping itu tidak mendapatkan bantuan jatah hidup karena bukan pengungsi, namun nasipnya sama tidak punya warga negara, tidak punya KTP dan juga dijaga ketat polisi dan kawat berduri.

Selain itu ada lagi 3 kament village yaitu suku muslim yang pakaian mereka mirip rakhine (maughs):

  1. Kampong Thinganet terdiri dari 335 KK, 2000 jiwa.
  2. Kampong Tha ya Gong terdiri dari 150 KK, 800 jiwa,
  3. Kampong Key Pyin Yoma terdiri dari 330 KK, 2000 jiwa.

Mereka aslinya memiliki kartu berwarna pink namun karena muslim maka diperlakukan berbeda dengan Maugh.

 

Memasuki Kamp Sittwe

Hari Rabu, 1 Maret 2017 di pagi hari setelah saya menyampaikan kajian live lewat tv streaming al-Umm, kami bergerak menuju kamp. Izin masuk Kamp maksimal hanya 4 orang, maka yang masuk adalah saya Abu Hamzah, Triono, Nur Rasyid, dan Gunawan.

Saya ada di bangku mobil bagian depan, begitu di pemeriksaan saat dicocokkan antara izin masuk dan paspor, maka saya menutupi jenggot saya dengan tissue pura-pura pilek. Suasana sangat tegang. Semakin lama kita melewat jalan aspal yang sempit dan sudah lubang di kanan kiri itu saya melihat padatnya umat Islam yang ada di dalam penjara besar tersebut, ada yang jalan, ada yang sepeda pancal, ada yang motor, ada yang taksi (kendaraan beroda 3, berkepala sepeda). Melihat buruknya kondisi jalan, buruknya perkemahan, buruknya kesehatan para pengungsi dalam jumlah besar itu saya merasa seolah memasuki planet lain bukan planet bumi. Seolah mereka makhluk lain, bukan manusia yang kita kenal selama ini. Astaghfirullah sungguh menderita mereka dan sungguh kejam yang membuat mereka seperti itu.

Membagi 400 pakaian anak

Langsung saja, kami menuju desa Dar Paing tempat kami menyimpan barang yang akan di donasikan disimpan dalam gudang. Setelah cukup, maka kami menuju seberang jalan di halaman sebuah rumah yang luas untuk membagikan 400 pakaian anak dan selimut.

Sesampainya di sana mereka sudah berkumpul, suasa panas berdebu, mereka tanpa alas kami dan kumal. Dengan cepat para petugas menata dan merapikan mereka. Setelah sepanduk dipasang dan dipegang maka acara pembagaian dimulai. Derai air mata pun tak terbendung. Betapa tidak bantuan yang tidak seberapa menurut kami ini bagi mereka seperti anugerah dari langit, seperti hari raya. Maka wajah mereka berseri-seri, namun kealikannya wajah kami yang menahan tangis dan air matapun basah karena iba.

Spanduk

Makan dan Menyantuni janda

Setelah selesai membagi pakaian 400 anak secara simbolik kami diampirkan di rumah Bapak Hasyim. Mencium aroma masakan yang lezat, rasa lapar tidak tertahankan. Maka begitu hidangan halal tiba dan dipersilakan, kita tidak menyia-nyiakan makan siang yang lezat tersebut. Kami mengajak bapak Yusuf, utusan Syaikh Mushthafa untuk ibu Doolu untuk makan bersama. Setelah selesai kami menyerahkan santunan untuk ibu Doolu yang sedang sakit lumpuh di desa Syakibadar. Ibu Doolu adalah bibi dari istri Syaikh Mushthafa Kamal.

Melihat gudang makanan, bangku dan penghitungan uang

Selesai makan, kami lanjutkan dengan memeriksa sembako di gudang yang akan kita bagi besuk pagi di 4 tempat.

Mengunjungi kamp register Ohn Daw Gyi South Camp

Setelah itu kami diajak untuk melihat kondisi kamp Ohn Daw Gyi South dengan Jumlah KK: 2.253, dan total populasi: 13.518. Pertama dari Dar Paing masih ada jalan aspal sempit dan kanan-kiri berlubang, dan tiang lampu listrik baru ditanam belum dipasang kabel, hanya sampai Dar Paing. Setelah aspal habis maka ganti makadam dan debu yang tebal. Dari jalan yang kita lewati sangat jelas kalau area penampungan umat Islam yang diusir itu dulunya adalah sawah. Di dalam area kamp itupun ada pos polisi atau penjaga yang menaku-nakuti setiap umat Islam dari anak-anak hingga dewasa.

Berikut foto-foto kamp yang kita ambil di jalan

Setelah berjalan cukup lama dan melewati beberapa desa atau pun kamp akhirnya kami sampai di shelter no 187. Mobil berhenti dan kita berjalan melewati kamp.

Kami berjalan menuju ruang ngaji yang sederhana yang dipenuhi anak-anak mengaji. Dan di sampingnya ada masjid. Maka kamipun masuk masjid dan disambut oleh imam masjid dan para jamaah. Setelah saya memberikan wejangan dalam bahasa Arab kepada Imam Masjid tersebut kami melaksanakan shalat zhuhur dan ashar secara jamak dan qashar. [*]

Foto tempat ngaji

Foto dengan anak-anak ngaji di depan tempat ngaji

Foto masjid

 

Memberikan wejangan kepada Imam masjid bernama Muhamad Aflathun (dia tidak terdaftar di IDP) dan para jamaah

Foto-foto kamp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *