AL-QUR`AN ADALAH KALAM ILAHI BUKAN KARYA FIKSI

Al Qur`an adalah wahyu dari Allah bukan hasil imajinasi (khayal) manusia.

Al-Quran adalah firman Allah, fiksi adalah pikiran, angan-angan dan khayalan manusia.

Ayat-ayat al Qur`an adalah mu’jizat yang ditantangkan kepada manusia untuk membuat yang serupa dengannya, dan sampai hari kiamat pun tidak akan bisa, walau berkumpul untuk itu seluruh jin dan manusia. Jadi Kitab Suci al-Qur`an bukan puisi, prosa atau narasi imajinasi yang bisa dibuat oleh sastrawan atau filsuf ataupun siapapun dari manusia

Al-Qur`an keseluruhannya adalah haqiqah (haq, dan real) bukan batil atau fiktif (dusta)

Sebagain yang diberitakan di dalam al-Qur`an tentang peristiwa di alam ini sudah menjadi fakta empiris (al-waqi’) dalam kehidupan ini, dan sebagiannya masih belum terjadi, dan pasti akan terjadi. Jadi ia bukan fiksional yang bisa terjadi atau bisa tidak terjadi.

Seorang muslim memiliki rujukan dan panutan yaitu para ulama pewaris Nabi, bukan politisi apalagi para filosof.

Para filosof dari dulu hingga kini masih banyak yang bingung atau akhirnya bertaubat kembali kepada fitrah dan ajaran Nabi. Para filusuf dari dulu hingga kini seperti Plato, Aristotle , Descartes, Kant, Martin Heidegger , Ibn Rushd, Michel Foucault , Taster, Gaston Bachlar, Frederick Nietzsche, William James, Lobatchevski, dan Henry Bergson banyak berselisih tentang “The real (fakta, lawan dari fiktif)” dan “The reality (realitas lawan dari fiksi)”.

Tulisan ini untuk menanggapi kegaduhan setelah Pengamat politik Prof. Rocky Gerung membuat kontroversi dengan menyebut bahwa kitab suci adalah fiksi. Hal itu ia utarakan dalam Indonesia Lawyer Club (ILC) tanggal 10/4/2018 dan memicu perdebatan. Diantaranya Pak Rocky mengatakan:

Kitab suci itu fiksi, karena belum selesai. Babad tanah jawa itu fiksi.

Ucapan Rocky ini tidak ubahnya dengan makalah aktivis liberal Luthfi Assyaukanie (Dosen Sejarah Pemikiran Islam Universias Paramadina Jakarta) yang berjudul: Hakekat Dan Sejarah Penulisan Al-Qur’an: Hasil Angan-Angan (al Khayal al diniy). Atau sebelumnya seperti Mohammad Arkoun (dari Jazair) menganggap Al-Qur’an bukanlah wahyu, tetapi kitab rekayasa para sahabat terutama Utsman dengan lebih suka mengatakan bahwa al-Qur’an Mushaf Resmi Tertutup. Arkoun tidak menjadikan Al- Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, akan tetapi sebagai teks biasa yang dipaksa untuk mengikuti arus zaman. (lihat http://www.academia.edu/8073045/Koleksi_Study_al-Quran)

Maka berbahagialah orang mukmin yang tenang dan bahagia hati dengan keimanannya, selamat dengan pertolongan Tuhannya, mengikuti akidah Islam dalam kitab sucinya, merujuk kepada ulamanya yang mewarisi warisan Nabinya .

Dalam kesempatan ini, kita ingatkan misalnya ucapan Imam Ahmad ibn Hanbal Imam Ahlussunnah wal Jamaah rahimahullah tentang akidah Ahlussunnah, siapa yang meyakininya maka dia sunni dan siapa yang meninggalkannya maka dia tersesat:

أَجْمعَ تسعون رجلاً من التابعين وأَئمةِ المسلمين، وأَئمةِ السلف، وفُقهاءِ الأمصارِ عَلَى أنّ السُّنةَ التي تُوفي عنها رَسُولُ اللَّهِ :

أولها : الرِّضا بقضاء اللَّه عَزَّ وَجَلَّ، والتسليم لأمره، والصبر عَلَى حكمه 

والأخذ بما أمر اللَّه به

والإنتهاء عما نهي اللَّه عنه، والإيمان بالقدر خيره وشره

وترك المراء والجدال فِي الدين

والمسح عَلَى الخفين

والجهاد مع كل خليفة، بَر و فاجر

والصلاة عَلَى من مات من أهل القبلة

والإيمان : قول، وعمل، يَزِيد بالطاعة، وينقص بالمعصية

القرآن كلام اللَّه، منزل عَلَى قلب نبيه مُحَمَّد غير مخلوق من حيثما تلى

والصبر تحت لواء السلطان عَلَى ما كان فيه من عدل، أو جور، وأن لا نخرج عَلَى الأمراء بالسيف

 وإن جاروا

وأن لا نكفر أحداً من أهل التوحيد، وإن عملوا الكبائر والكف عما شجر بين أصحاب رَسُول اللَّهِ ، وأفضل الناس، بعد رَسُول اللَّهِ : أبو بكر، وعمر، وعثمان، وعلي ابن عم رَسُول اللَّهِ ، والترحم عَلَى جميع أصحاب رَسُول اللَّهِ ، وعلى أولاده، وأزواجه، وأصهاره، رضوان اللَّه عليهم أجمعين *فهذه السُّنة؛ الزموها تَسلموا، أَخْذُها هُدى، و تَرْكُها ضَلالة* 🏻

___

طبقات الحنابلة؛ ج١/ ص١٣٠

Malang, 12 April 2018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *